16 April 2009

LOKALISASI TELEJU

TELEJU ? Mungkin anda bertanya-tanya teleju tuh apa ya ?
Mall ? Bukan. Tempat wisata juga bukan.
Teleju tentunya sudah tidak asing lagi bagi teman-teman Blogger Bertuah
, teleju merupakan lokalisasi di Pekanbaru tempat untuk menjalin asmara sesaat, tempat dimana para hidung belang melampiaskan hasrat. Dikota lain teleju menjelma dengan nama yang beda dengan esensi yang sama ada Saritem, Gang Dolly, Taman Lawang, Pasar Kembang, Red Line, Batu 24 dan lain-lain.

Bagaimana apakah palacur perlu dilarang atau dibina, atau justru dilokalisasikan seperti yang saat ini terjadi ?

Boikot pelacuran. Kata suami-suami yang takut dosa, pelacuran dilarang oleh Pak Kyai, dilarang Bapa Pendeta, dan dilarang istri. Kata tukang pajak, pelacuran harus dibasmi karena nggak bayar pajak. Kata pengusaha properti, daripada jadi tempat pelacuran, mending digusur, terus jadi hotel bintang lima. Profitnya lebih tinggi.

Barangkali yang melarang lokalisasi pelacuran digusur justru para dokter ?

Saat ini, dokter dibikin pusing karena kejadian infeksi menular seksual meningkat cepat. Obat yang ada makin nggak mempan. Sudah banyak yang tewas lantaran kena raja singa, tapi pasien nampaknya belum kapok juga.

Saya punya pengalaman pribadi disaat berkerja, ada calon debitur ngajuin kredit dan lokasi usahanya sekitar lokalisasi, mau berkunjung sungkan,nanti pasti banyak persepsi mengenai saya jika ada yang melihat kesana, mau tak mau harus dikunjungi diluar dugaan ternyata usahanya ramai banget, akhirnya setelah ditinjau dan proses lainnya kredit diberikan, alhamdulillah sampai sekarang kreditnya lancar.

Bingung juga ya apa dibina atau diboikot,mungkin kita semua mempunyai jawabannya.

Kita kembali keteleju, Teleju memang sebuah fenomena tersendiri bagi Pekanbaru
yang terus menggeliat menuju status metropolitan. Teleju juga merupakan sebuah paradoks. Sebab Pemerintah Kota Pekanbaru sesungguhnya tidak pernah mengeluarkan izin pembukaan sebuah lokalisasi karena memang berdasarkan peraturan yang ada, perbuatan maksiat jelas-jelas dilarang. Tapi kenyataannya, Teleju terus saja beroperasi. Puluhan atau bahkan ratusan pelacur telah datang dan pergi dari kawasan itu. Ribuan atau bahkan jutaan pria pencari kenikmatan dunia juga kerap menjadi tamu bagi si kupu-kupu malam itu.

Lebih dari itu, Teleju bahkan telah menjelma menjadi sebuah dunia kecil yang begitu kompleks. Konon, ribuan orang telah pula menjadi bagian dari roda perekonomian (economic cyrcle) yang berputar setiap hari. Ada tukang ojek, tukang cuci, pemilik warung,penjaga pintu masuk bahkan sampai oknum aparat hukum dan pemerintah berbagi 'rezeki' di sana.

Kini 'dunia kecil' itu hendak disingkirkan. Pemko Pekanbaru telah bertekad membubarkan lokalisasi ini. Sebuah kesadaran yang mulia meski sulit untuk dilaksanakan. Sebab, seperti seperti yang saya kemukakan, sudah begitu banyak yang memiliki kepentingan terhadap lokalisasi ini.

Pemerintah Kota Pekanbaru sudah bertekad bulat menutup habis lokalilasi Teleju di. Rencananya kawasan ini akan menjadi sebuah Kampung Melayu Modern. lahan seluas 10,8 hektare itu kan dijadkan perkampungan Melayu modern. Berbagai faslitas umum akan dibangun di sana.

(Salah Satu Bangunan Arsitek Melayu di Pekanbaru)

Kawasan atau lokalisasi Teleju seluas 10,8 hektare ini nantinya akan dijadikan Kampung Melayu modern. Peruntukan lahannya sudah direncanakan sedemikian rupa.Peruntukan lahan seluas 10,8 hektare tersebut yakni, 0,5 hektare untuk pasar tradisional bernuansa Melayu, lima hektare untuk pusat pendidikan, asrama dan kesenian, satu hektare untuk taman pancing dan kebun bunga, satu hektare untuk miniatur Kota Pekanbaru tempo dulu, satu hektare untuk lahan kebun sayur dan buah, satu hektare untuk sarana olahraga, satu hektare untuk sarana umum dan ruang terbuka hijau serta 0,25 hektare untuk lahan pemakaman. Kota Pekanbaru
dan Provinsi Riau
mempunyai visi di tahun 2020 sebagai pusat budaya melayu di Asia Tenggara.

Tentunya ini semua menjadi PR bagi Pekanbaru, lokalisasi ditutup dan disulap menjadi perkampungan melayu modern, memang PSK dilokalisasi tersebut tidak ada lagi,tetapi PSK tersebut justru akan mangkal dikota, dijalanan hal yang harus dilakukan adalah mengembalikan pekerja seks komersial ke kampung asal, tapi para PSK enggan untuk kembali karena mereka tidak punya skill maupun kemampuan lainnya selain skill diranjang dan mereka juga malu untuk balik kampung karena mereka sudah dianggap sukses dikampung halaman. Jika teleju dibubarkan, maka dikhawatirkan para pelacur yang menghuni kawasan ini akan berkeliaran tanpa dikontrol. Ini artinya, ancaman HIV/AIDS semakin dekat dengan kehidupan sosial kita.

Apakah teman-teman semua mempunyai solusi,pelacuran harus dibina atau diboikot ?

59 komentar:

  1. test 123
    pertamaXXXxxxxxxxxx...........

    BalasHapus
  2. pelacur harus dibina bg... dibinasakan KalLLii.... hihihi....
    yah,,, ini sebuah buah yg bernama simalakama.... berbagai alasan wanita berpropesi sbagai sarana pnikmat nafsu bejat...kita *kita?? loe aja kaLLi, heheh*
    saya masih ragu dgn pmusnahan Teleju jadi kawasan modern.. jgn2... kawsan modern Teleju bukan kawasan modern melayu yg diharapkan...
    dari informasi yg saya dapat... para kupu2 mlm ni sebagian besar dari luar riau, supaya mereka ga mangkal ditepi jalan kota mending pulangin aka klu ga mampu membinanya.... klu ga suruh aja main ke sungai kuantan... ntar dibina deh... jadi pmandu wisata... hihihi...

    BalasHapus
  3. aku setuju di boikot trus dibna sampe dicaikan ato diberi pekerjaan...
    keren kampung melayu modern

    BalasHapus
  4. Memang susah,hal ini dipisahkan dari kehidupan manusia..

    BalasHapus
  5. dimana ada gula disitu ada semut,gitu aja kali yach.kalo pekan baru gak maju mungkin PSK gak pada ngelirik tuh tempat...gak deh maksudku ketidak merataan ekonomi membuat riau seperti setumpuk gula yang mengiurkan para semut,jelas dunk nih semut-semut mau itu dan ini,...(yambung gak ya?!!
    )

    BalasHapus
  6. kata si gusdur sih sah-sah aja.
    haram ya tetep haram lah..
    pkokoke binasakan..

    jauhi maksiat..

    semangat 45
    Yup !

    BalasHapus
  7. Saya kiraan tadi tuh nama makanan, ternyata. Untuk kebituhan yg lain tho :)

    BalasHapus
  8. jangan dibinasakan... dibikin jadi aset negara aja buat bayar utang-utang negara... huehehehe Gimana?

    BalasHapus
  9. Katanya Negara Ini Berideologi PANCASILA dengan sila pertama: "Ketuhanan Yang Maha Esa"...
    Mana Ada tuhan Yang mempersilahkan ummatnya menjual diri dan melecehkan dirinya sendiri bahkan lebih rendah dari binatang...
    maka dari itu...hapuskan lokalisasi di negeri ini kalau negeri ini benar-benar mengusung Pancasila. Hak asasi bukan alasan hanya pengelakan belaka...

    BalasHapus
  10. Emm kata boikot mungkin terlalu extrem kali yah. Pembinaan adalah solusi yang baik dengan catatan bahwa setelah mereka dibina, Pemerintah memberikan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan skils yang mereka dapat dari pembinaan tsb. Pembinaan diadakan tetapi setelahnya dibiarkan berkelana tanpa ada pekerjaan sama halnya menanam padi tanpa memupuknya terus menerus.

    BalasHapus
  11. eww... kirain apaan tadi...
    Lakukan yang menurut kita terbaik....
    thats all..

    BalasHapus
  12. Pertanyaannya: apakah dgn boikot dan menutup lokalisasi berarti prostitusi akan hilang dgn sendirinya? Kyknya ga mungkin, krn demand selalu ada, maka akan bnyk juga yg supply. Justru dgn adanya lokalisasi, para penjaja cinta ga akan berkeliaran di jln2. Dan dgn adanya lokalisasi akan lbh mudah mengumpulkan mereka utk dibina dan diarahkan ke jln yg benar, sering2 diadakan pemeriksaan kesehatan spy AIDS ga menjalar. Kalo mereka pny ketrampilan dan dpt mencari nafkah dgn cara halal, lambat laun (diharapkan) mereka akan bisa dientaskan dr. lembah hitam itu.

    BalasHapus
  13. Syukur deh pemerintah mw menutupnya...

    BalasHapus
  14. Gak dibina dan diberi keterampilan aja tuch.
    Kalopun di bubarin, paling ya balik lagi.
    Mending diberi pengertian, seberapa besar bahayanya hiv.
    Kalo disini namanya gunung tiyung.

    BalasHapus
  15. memang menjadi polemik tersendiri tuh bagi pemda setempat..lah namanya uda mendarah daging, biarpun di bubarkan..tetap masih ada pastinya yg akan seperti itu lg. susah juga sih.harus ada kesadaran pemda sama masyarakat

    BalasHapus
  16. TELEJU = Teluk Lembu Ujung

    BalasHapus
  17. ini masalah pelik. sejak jaman dulu, pelacuran sudah ada. semua tergantung dari akhlak manusianya juga. jadi kalo toh dibumi hanguskan, tapi ...kalo moral dan akhlak manusia bobrok, tetap aja pelacuran bisa muncul lagi. mungkin diam2 or terselubung.

    BalasHapus
  18. Kalo dipandang dari segi sosial sebaiknya sih dibina, tapi kalo dari segi agama yah sebaiknya dihapuskan dan diberi hukuman bagi orang yang melakukan

    BalasHapus
  19. saritem udh gak ada kok..
    *mikir* mnrtku sih hahahah.... klo tiba2 mrk ada lagi nah itu gak tau deey...

    BalasHapus
  20. wah2 tempat pembinaan psk toh

    BalasHapus
  21. Aku setuju sama comment Mbak Fanny. Percuma aja di berantas. toh maksiat itu bisa terjadi dimana mana. Yang penting keseriusan untuk membina dan memberi pencerahan kepada masyarakat dan orang2 yang terlibat di dalamnya. Perlahan mudah2an akan ada sedikit demi sedikit yang bertobat.
    Satu lagi yang gak kalah penting adalah mematahkan jalur regenerasinya, dengan kata lain memberantas trafiking (perdagangan manusia)

    BalasHapus
  22. Besok kopdar jam 3 sore di lobby Bappeda kota ya... hehehe numpang pengumuman

    BalasHapus
  23. kalo nurut saya yg benar di bina dibina dan dibina. ada nggak yg serius bina sampai sekarang?. kok kayaknya nggak pernah ada yang serius. lokalisasi cuma dijadikan obyek : obyek utk mendptkan upeti, obyek perusakan dari kemarahan org thd bisnis bejat tsb, obyek utk melampiaskan nafsu bejat kita (kalo punya he..he).
    Lantas, ada nggak yg memberikan sangsi para pencari upeti dan perusak dan para hidung belang di lokalisasi tsb?. nggak pernah ada. Prostitusi berjalan seiring peradaban manusia pertamakali ada, sampai saat ini.
    Hanya binaan yg sungguh2. hanya pendidikan yg benar dan didasari kasih sayang thd generasi kita yg dpt mengurangi hal2 yg negatif.

    BalasHapus
  24. yang jelas sebenarnya mereka tetap manusia bukan sampah, hanya mungkin sedang menjalani kehidupan yang sebenarnya tidak diinginkannya juga ...

    BalasHapus
  25. sememang susah mengurangi nafsu syahwat. mereka punya jargon "tak 1 jalan ke roma".

    teleju ditutup, akan berkembang di tempat lain, dengan cara lain

    ketika Kramat Tunggak dijadikan areal mesjid,
    para pelaku sex berpindah ke tempat lain, hotel, wisma, dll

    BalasHapus
  26. harus dibina tuh,...kan aset ha..ha....

    BalasHapus
  27. manusia dicipta berdasar akal dan nafsu...

    BalasHapus
  28. seperti kramat tunggak aja di jakarta, dijadiin jakarta islamic center. insyaAllah barakah.

    BalasHapus
  29. Teleju sealiran dengan Sarkem, JUAL BELI ALAT KELAMIN BEKAS.....

    BalasHapus
  30. Yang jelas jangan pernah menghalalkannya.
    Memang sulit membersihkannya dari suatu kota, walaupun sebenarnya tidak mendapat izin. Hal tersebut berkembang karena ada penjual ada pembelinya. Kalau mau dibina jangan hanya penjualnya saja, namun juga pembelinya

    BalasHapus
  31. yang bajunya merah itu siapa ya?

    BalasHapus
  32. Memang membasmi hal semacam itu sudah sangat sulit sekarang. gak usah jauh-jauh. Lewat media televisi saja maksiat sudah bertebaran.

    BalasHapus
  33. Moga sukses aja kawasan ini dibuat modern..

    BalasHapus
  34. apapun hasil positif yang didapat dari pelacuran tetap saja untuk saya lebih banyak menyisakan keburukannya!!?!

    tapi disisi lain sdh terlalu banyak pihak yg menggantungkan ekonominya di bisnis ini baik secara langsung ataupun tidak.

    dulu pernah ada dosen sy yg memiliki ide bagaimana jika dibuatkan khusus kawasan pelacuran (1pintu) sehingga siapapun yg pergi kesana di ketahui oleh umum.....selain sanksi moral tentu akan membuat yg pergi kesana berpikir 2 kali....yah paling tidak berusaha mengambil jl tengah lah hehehehe

    PISSSS

    BalasHapus
  35. pelacuran harus dihapus, pelacurnya dibina, lebih baik jika diarahkan agar menjadi orang yang terhormat lagi di masyarakat.

    BalasHapus
  36. dek, bukan sok alim nih...kedepan kalau ada calon pasien kredit jangan sampai dibiayai lagi untuk daerah "X", mesti dipertimbangkan lagi manfaat dan mudharatnya alias baik dan buruknya. Mendekati tempatnya aja diharmakan apalagi harus tiap bulan menagihnya nanti, takut imran (konotasi gaul iman) nggak tahan...pertimbangkan lagi ya.

    BalasHapus
  37. belum ada kemampuan untuk lokalisasi teluju :) jadi nda berani komentar :P nice artikel

    BalasHapus
  38. Promo Pekanbaru nih lengkap habis sampai telejunya juga ada...

    BalasHapus
  39. yang jelas, smua yang salah harus disikat sampai habis...jadi semestinya pelacuran harus disikat kalo pelacurnya menjual diri dimana-mana misal di jalan/warung/hotel/hutan/sawah juga harus disikat sampe habis tak tersisa..namun juga harus dibarengi upaya yang baik misal menyediakan sekolah tepat guna yang murah buat masyarakat, pendidikan moral harus terus menerus ditingkatkan JADI INTINYA YANG JELAS HARUS DISIKAT DIGANTI YANG BAIK

    BalasHapus
  40. wah jauh juga saya walking-walking sampai Riau. Salam kenal, thanks

    BalasHapus
  41. Tak Ado Pilihan lain yo....
    macam mano pulak teleju tu nak dijadikan desa melayu
    moderen. dimano letak harga diri melayu wak...
    aku tak tau sejarah berdirinyo
    desa teleju tu ?
    Boleh tau tak...
    Melayu Asli

    BalasHapus
  42. antangan besar untuk pemko
    kebijakan yang luar biasa untuk mengubah sebuah lokalisasi menjadi tempat wisata
    bertemakan budaya.
    jadi lokasi itu akan tetap menjadi tujuan kunjungan tapi
    tentu saja dengan pasar yang berbeda.
    lalu bagaimana dengan keberadaan para
    penghuninya paska pembebasan lahan?

    vitri

    BalasHapus
  43. assalamuaikum.Tetaplah berpegang pada budaya "tak kan melayu hilang di bumi"jgn mau berpengaruh pada budaya barat yang sekarang meraja lela.saya harap gali lah budaya Riau blog ini.
    hanna

    BalasHapus
  44. PSK dan Tukang Ojek Keberatan Teleju Dibubarkan

    BalasHapus
  45. kalo memang itu pilihan untuk menjadi lebih baik, itu lebih baik. tapi jangan lupa harus dicarikan win-win solution-nya. karena pada dasarnya manusia memang butuh pekerjaan dan penghasilan.

    BalasHapus
  46. mampir di Pekanbaru ini .. jalan2 sore :thumbsup:

    BalasHapus
  47. wah , kalau yang seperti ini rumit juga ternyata. semoga cepet teratasi oleh pemerintah daerah pekanbaru.

    btw tapi saritem - bdg juga kayaknya sudah berhasil dibubarkan lho bang :)

    BalasHapus
  48. Pelacur,
    salahkah yang dia kerjakan.....
    dosakah mereka yang datang.....
    kadang dia tersenyum dalam tangis,
    kadangpula dia menangis didalam senyuman....
    yang dia tau Tuhan penyayang umatnya.

    Pelacur juga Manusia.

    Salam,
    embanun.

    BalasHapus
  49. Kalau menurut aku, apapun alasannya,... kemaksiatan haruslah dibasmi.

    BalasHapus
  50. dari pengalaman saya di project pencegahan, dulu pada saat masih ada lokalisasi resmi di sini, jumlah daerah merah bisa dihitung dengan jari... tapi begitu lokalisasi resmi itu ditutup, daerah merah menyebar di mana-mana.... walaupun ditutup prostitusi tetap ada... malah repot karena pihak dinkes terutama tidak bisa memantau psk yang ada...... IMHO, sebaiknya dibina..

    BalasHapus
  51. dibina atau diboikot tetap sama aja, tidak akan menghilang pelacuran dimuka bumi ini.
    pelacuran telah ada sejak dahulu kala

    BalasHapus
  52. Intinya pada perekonomian. Jika perekonomian bangsa ini tidak bermasalah, dengan sendirinya prostitusi berkurang. Kalau perekonomian sudah bagus masih jual tubuh juga-moralnya perlu dipertanyakan.
    Gimana?

    Saya kira, untuk melepas mereka dari dunia gelap tentu kita harus memberinya terang. Kalau mereka bekerja sperti itu karena kesulitan ekonomi, ya mari kita bantu mereka untuk memiliki penghasilan tetap yang memadai untuk hidup.

    Salam kenal

    BalasHapus
  53. Menurut saya perlu adanya pembinaan yang rutin, kalo perlu di didik di panti khusus sampe mereka insyaf.

    BalasHapus
  54. kaalu bicara masalah ini memang ga akan pernah habis habisnya...karena menumpas PSK itu bagai memencet balon di pencet sebelah sini muncul sebelah sana...ya gt gt aja ahirnya...tapi salut saya ucapkan pada pemerintah kota pekanbaru yang berniat akan menutup teleju ini...semoga bisa di laksanakan dengan tertib dan damai tanpa ada halangan apapun

    BalasHapus
  55. ini masyarakat yang hanya pandai berkomentar buat pemerintah yang arif dan bijaksana. apa untuknya lokalisasi teleju untuk dipertahankan didaerah kita???

    ini daerah yang berbuda bukan untuk mempertahankan lokalisasi teleju yang konon sebagai asen untuk meningkatkan pendapatan daerah.

    ini untung buat mereka yang mau bertaubat untuk tidak melarang di bumi haguskan lokalisasi teliju dimana saja berada...........

    BalasHapus
  56. klo teleju mw di musnahkan itu terserah yang berkuasa ajalah..
    tapi apa udah dipertimbangkan dampak yang akan timbul(sasaran yang dituju)

    BalasHapus
  57. lokalisasi sebaiknya ditiadakan, apapun alasannya....

    BalasHapus
  58. knapa nda diberlAkukan hukum islam aja alias di rajam,
    takut nular sama anak turunannya lebih baik dibinasakan duluan,

    lagian di Al qur'an uda ada perintah rajam untuk PSk

    BalasHapus

Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.