Dengan kondisi tertentu, kucuran kredit konsumsi di salah satu sektor bisa menimbulkan kejenuhan (bubble) ekonomi. Dari semua sektor, manakah yang dianggap Bank Indonesia (BI) paling berbahaya, dan dalam konsisi seperti apakah bubble ekonomi bisa terjadi ?
Bank Indonesia (BI) menilai kucuran, kredit di sektor properti tetap berpotensi terjadi bubble (kejenuhan) ekonomi, bila mayoritas kredit digunakan masyarakat untuk berinvestasi yang sifatnya spekulasi.
“Itu (kredit konsumsi) kita lihat detilnya konsumsi ke mana, kan tidak semua membhayakan. Itu yang paling membahayakan kalau terjadi spekulasi di sektor properti,” tukas Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Wimboh A. Santoso. Saat ini bank sentral belum bisa memastikan ada atau tidaknya bubble di sektor perumahan. Namun, dengan kenyataan kebutuhan perumahan di Indonesia sangatlah besar, diharapkan tidak akan digunakan masyarakat untuk melakukan spekulasi.
“Apalagi kan jumlah penduduk Indonesia banyak, jadi secara riil kebutuhan perumahannya banyak. Nah, kecuali kalau nanti jumlah rumah yang spekulasi untuk simpen saja, itu juga menimbulkan tidak ada multi player efek-nya,” ujar Wimboh.
BI mencatat, selama 2011 sampai Juni (year to date), kucuran kredit konsumsi mencapai Rp66,3 triliun, yang terbagi atas kredit properti mencapai Rp17,9 triliun, kredit kendaraan bermotor Rp12,6 triliun, kredit multiguna Rp14,5 triliun dan kredit bukan lapangan usaha lainnya (termasuk di dalamnya kartu kredit) mencapai Rp21,3 triliun.
“Jadi perumahan itu sebenarnya lebih banyak didominasi yang tipenya di bawah tipe 70 (luas 70 meter persegi), jadi 45% kredit yang di bawah tipe 70, untuk pengadaan apartemen-apartemen di kota-kota besar, lebih banyak yang di bawah tipe 70, karena pemerintah juga ikut mendorong lewat program-program rumah murah.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.