Tahun depan, pemerintah Indonesia berencana mencari utang Rp 191,4 triliun untuk membiayai anggaran yang rencananya bakal defisit sebesar Rp 125,6 triliun. Demikian terungkap dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2012 yang dikutip. Dikatakan penarikan/penerbitan utang tersebut akan dipenuhi melalui penerbitan surat utang neto Rp 134,6 triliun, penarikan pinjaman proyek Rp 39,1 triliun, penarikan pinjaman program Rp 16,9 triliun, dan penarikan pinjaman dalam negeri neto Rp 860 miliar.
Pemenuhan kebutuhan pembiayaan melalui utang akan dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan berbagai faktor diantaranya biaya dan risiko utang, perkembangan
kondisi pasar keuangan, kapasitas daya serap pasar SBN, country ceiling/single country limit masing-masing lender, dan kebutuhan kas negara. Adapun kebijakan pembiayaan melalui utang di 2012 yang akan ditempuh adalah:
- Mengutamakan sumber utang dari dalam negeri melalui penerbitan SBN rupiah;
- Menarik pinjaman luar negeri yang tidak mengandung ikatan politik dan memiliki terms and conditions yang dapat diterima;
- Menggunakan pinjaman luar negeri terutama untuk pembiayaan proyek investasi;
- Menggunakan penerusan pinjaman kepada BUMN dan Pemda untuk mendukung pembangunan infrastruktur terutama terkait dengan energi, fasilitas pembiayaan infrastruktur, pelabuhan, air minum, dan penanggulangan banjir;
- Melakukan pengelolaan risiko utang (refinancing, tingkat bunga, dan nilai tukar);
- Melakukan pendalaman pasar SBN domestik untuk memperkuat basis investor lokal dan mengurangi ketergantungan pada sumber utang luar negeri.
Di 2012 pinjaman luar negeri neto ditetapkan sebesar negatif Rp 292,3 miliar yang terdiri dari penarikan pinjaman bruto sebesar Rp 56 triliun, dan pembayaran jatuh tempo pinjaman luar negeri sebesar Rp 47,3 triliun.
Penarikan pinjaman luar negeri terdiri dari pinjaman proyek sebesar Rp 39,1 triliun yang didalamnya termasuk penerusan pinjaman sebesar Rp 9 triliun dan pinjaman program sebesar Rp 16,9 triliun. Pemenuhan pinjaman program di 2012 diharapkan akan bersumber dari World Bank, ADB, dan JICA.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.