Pertumbuhan kredit perbankan pada 2009 diperkirakan anjlok setelah 2007 dan 2008 mengalami pertumbuhan yang sangat pesat akibat dampak dari resesiglobal yang bakal makin terasa tahun depan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mulyaman D Hadad, di Jakarta, Kamis mengatakan, pihaknya membuat perkiraan angka pertumbuhan kredit 2009 sebesar 15-20 persen, turun dari pertumbuhan kredit tahun ini yang berada di sekitar 30 persen.
Namun angka tersebut, menurut dia, masih dikaji lebih lanjut menunggu rencana bisnis bank yang akan dilaporkan ke BI.
Ia mengatakan, angka perkiraan kredit tersebut dirasa agak berat bagi perbankan ketika disosialisasikan oleh BI.
"Pembicaraan saya dengan beberapa teman-teman bank angka ini (pertumbuhan kredit 15-20 persen) terlalu berat.
angka itu masih bisa didiskusikan. Tapi beberapa bank menengah pertumbuhan itu masih bisa diterima. Nanti kita lihatlah, karena bank nanti ajukan rencana bisnisnya untuk 2009, nanti di-'confirm' (dikonfirmasi) lagi apakah angka itu terlalu tinggi karena pengaruh krisis lebih besar. Itu angka anecdotle yang berkembang dan terus berubah," katanya.
Menurut dia, tantangan perbankan pada 2009 masih tinggi dalam menyalurkan kredit.
Ia mengatakan, pada 2009 krisis kekeringan likuiditas masih akan berlangsung di perbankan, sehingga bank tidak akan ekspansif dalam memberikan kreditnya. Terutama untuk menjaga tingkat likuiditas yang dimiliki perbankan.
Di sisi lain, dampak krisis global yang semakin terasa membuat pergerakan sektor riil menjadi lambat. Turunnya permintaan dunia membuat banyak perusahaan yang harus menurunkan kapasitas produksianya bahkan menghentikan produksinya. Sehingga kekhawatiran munculnya kredit macet akan menjadikan perbankan sangat selektif dalam menyalurkan kredit.
"Secara keseluruhan kita mengkhawatirkan kemampuan membayar (kredit) berkurang. Kalau secara keseluruhan ada perkiraan kemampuan membayar berkurang jadi lebih bagus diperhatikan sejak awal bagiamana bank memitigasi (mengendalikan) resiko ini," katanya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Ryan Kiryanto mengatkan, pertumbuhan kredit pada 2009 akan berkisar antara 12-16 persen.
"Kita melihat tantangan 2009 bagi industri perbankan masih sangat kuat," katanya.
Menurut dia, perbankan masih akan dilanda krisis kekeringan likuiditas hingga kuartal III, sehingga bank-bank akan mengerem ekspansi pemberina kredit.
Di sisi lain, menurut dia, tingginya kekahwatiran kredit macet akibat memburuknya situasi ekonomi pada 2009 menghantui bank dalam menyalurkan kredit. "Mereka akan lebih prudent (hati-hati)," katanya.
Selain itu, menurut dia, pada 2009 perbankan akan mengerem penyaluran kredit setlah 2008 ini perbankan melakukan penyaluran kredit yang sangat agresif.
Namun demikian, menurut dia, pada 2009, pertumbuhan kredit usaha mikro kecil dan menengah akan melejit seiring dengan banyaknya para pekerja yang dikenai pemutusan hubungan kerja (PHK) masuk ke sektor informal seperti pedagang.
"Pada 2009 menjadi peluang bagi mereka yang bergerak di sektor UMKM, bank-bank seperti BRI, Danamon yang mengincar sektor ini akan tumbuh baik pada kredit ini," katanya.
BI sebelumnya telah merevisi angka pertumbuhan kredit dari 22-24 persen pada 2009 menjadi 19-22 persen seiring dengan kondisi perekonomian yang terus meburuk.
Sementara itu, pertumbuhan kredit dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan pesat. Dari perkiraan bank Indonesia pada 2007 sebesar 22 persen kredit mampu tumbuh hingga 25,5 persen mencapai Rp 1.045,7 triliun atau kredit tumbuh Rp 41,05 triliun.
Pada 2008, dari target pertumbuhan kredit 26 persen, angka penyaluran kredit melaju pesat hingga diatas 30 persen. Bahkan pertumbuhan kredit sempat menembus angka 36 persen. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut membuat Bank pada Oktober 2008 pertumbuhan kredit (YoY) mencapai 34 persen, sementara itu Mulyaman mengatakan, hingga akhir tahun kemungkinan pertumbuhan kredit di bawah 30 persen
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.