Sekarang, orang-orang Indonesia sangat suka membeli produk luar negeri, bahkan mereka memiliki perasaan bangga dan gengsi tinggi bila menikmati maupun menggunakan produk luar negeri. Kopi Starbucks, donat J.CO ( ternyata J.Co merk dagang asli Indonesia),McD, KFC, CFC, Coca Colla, dan produk-produk luar lainnya laris manis. Jelas saja produsen-produsen asing itu melebarkan sayapnya untuk membuka cabang di Indonesia, karena konsumennya di sini sangat banyak. Bahkan menurut data, orang Indonesia termasuk orang yang paling banyak belanja baju di Singapore, berobat ke Rumah sakit dimalaysia. Padahal, rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan masih sangat banyak.
Kenapa banyak orang Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan?
Jawabannya adalah, karena orang Indonesia banyak yang malas. Malas kerja, malas usaha, dan lain-lain. Padahal Pemerintah sudah meluncurkan banyak program untuk membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM), seperti pinjaman modal usaha dengan bunga ringan tanpa agunan. Mungkin juga sosialisai yang dilakukan pemerintah maupun pihak bank ataupun pihak yang terkait selama ini masih kurang.
Ada satu alasan lagi, mengapa orang Indonesia malas usaha, padahal sudah difasilitasi Pemerintah. Karena para calon pengusaha itu takut gagal, takut kalah bersaing dengan produsen lain terutama produsen asing. Mungkin juga mereka kurang laris karena kualitas produknya berbeda dengan produk asing. Tetapi, sebagai masyarakat Indonesia kita harus membangkitkan UKM seperti itu agar masyarakat Indonesia mampu untuk mandiri.
Produk Indonesia sebenarnya lebih bagus dari produk asing. Contohnya kopi. Di Indonesia banyak macam kopi, seperti kopi toraja, kopi robusta, kopi arabika, dan kopi luak. Kopi luak saja harganya $100 - 150 per kilogram. Dan kopi luak itu kata orang-orang rasanya enak sekali. Kopi luak berasal dari kotoran luak. Luak adalah hewan yang suka memakan kopi, karena pencernaan luak tidak sempurna, maka kotorannya pun menjadi kopi dan inilah yang disebut kopi luak.
Sekali lagi saya menghimbau kepada masyarakat Indonesia, konsumsilah produk dalam negeri, agar memajukan sektor UKM dan membangkitkan usaha masyarakat. Sehingga Indonesia kita bisa maju dan mandiri.
Kenapa banyak orang Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan?
Jawabannya adalah, karena orang Indonesia banyak yang malas. Malas kerja, malas usaha, dan lain-lain. Padahal Pemerintah sudah meluncurkan banyak program untuk membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM), seperti pinjaman modal usaha dengan bunga ringan tanpa agunan. Mungkin juga sosialisai yang dilakukan pemerintah maupun pihak bank ataupun pihak yang terkait selama ini masih kurang.
Ada satu alasan lagi, mengapa orang Indonesia malas usaha, padahal sudah difasilitasi Pemerintah. Karena para calon pengusaha itu takut gagal, takut kalah bersaing dengan produsen lain terutama produsen asing. Mungkin juga mereka kurang laris karena kualitas produknya berbeda dengan produk asing. Tetapi, sebagai masyarakat Indonesia kita harus membangkitkan UKM seperti itu agar masyarakat Indonesia mampu untuk mandiri.
Produk Indonesia sebenarnya lebih bagus dari produk asing. Contohnya kopi. Di Indonesia banyak macam kopi, seperti kopi toraja, kopi robusta, kopi arabika, dan kopi luak. Kopi luak saja harganya $100 - 150 per kilogram. Dan kopi luak itu kata orang-orang rasanya enak sekali. Kopi luak berasal dari kotoran luak. Luak adalah hewan yang suka memakan kopi, karena pencernaan luak tidak sempurna, maka kotorannya pun menjadi kopi dan inilah yang disebut kopi luak.
Sekali lagi saya menghimbau kepada masyarakat Indonesia, konsumsilah produk dalam negeri, agar memajukan sektor UKM dan membangkitkan usaha masyarakat. Sehingga Indonesia kita bisa maju dan mandiri.
3 komentar:
agree.. males bgt deh dngr org2 yg dgn bangganya pamer2in barang2 dari LN! cape dech.. :p
betul juga dengan mencintai produk dalam negeri, maka akan meningkatkan perekonomian dalam negeri pula.
nice article
Mantap neh tulisan nya..sesuai dg profesimu.lanjutkan berkarya dek......
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.