Setelah mencermati dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan di dalam dan luar negeri, Bank Indonesia akhirnya kembali memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,5 %.
Perekonomian dunia masih diliputi ketidakpastian yang tinggi, meskipun akhir-akhir ini terdapat sentimen positif terkait dengan adanya kesepakatan G20 yang mendorong perbaikan di pasar modal dan pasar keuangan global.
Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia 2009 akan berada pada kisaran 3-4%. Meskipun mengalami perlambatan, pertumbuhan tersebut masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan prospek pertumbuhan negara-negara lain. Geliat ekonomi domestik akan ditentukan pula oleh berjalannya stimulus fiskal.
Tekanan inflasi terus menurun. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh masih berlanjutnya dampak dari penurunan BBM, produksi pangan yang diperkirakan membaik dan membaiknya ekspektasi inflasi. Tekanan dari harga-harga makanan yang bergejolak (volatile food prices) juga rendah seiring dengan terjaganya produksi pangan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi 2009 diperkirakan dapat mencapai batas bawah kisaran 5% - 7%.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia triwulan I-2009 lebih baik dari perkiraan semula. Volume ekspor beberapa komoditas unggulan seperti minyak sawit dan tembaga tetap menunjukkan kinerja yang positif. Sedangkan manufaktur memang mengalami penurunan, seiring dengan melemahnya permintaan global. Selama triwulan I-2009, neraca pembayaran diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 3,5 miliar. Pada akhir triwulan I-2009, cadangan devisa tercatat sebesar 54,8 miliar dollar AS atau setara dengan 5,9 bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Kondisi perbankan nasional tetap terjaga baik. Rasio kecukupan modal masih cukup tinggi yakni 17,7% (Februari 2009) dengan Non-Performing Loans (NPL) relatif masih terkendali (NPL Gross sebesar 4,3%, NPL Net 1,6% per Februari 2009). Likuiditas perbankan, termasuk aliran likuiditas dalam pasar uang antar bank, makin membaik seiring dengan pengurangan segmentasi dan meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan kredit dalam triwulan I-2009 masih rendah, namun diharapkan mulai meningkat dalam triwulan II ini. Dalam kaitan ini akan dilakukan sinkronisasi yang lebih intensif antara sumber pembiayaan fiskal dan perbankan dalam memperlancar pembiayaan proyek-proyek stimulus ekonomi.
Bank Indonesia akan senantiasa mencermati perkembangan yang terjadi di bidang ekonomi dan keuangan dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat perekonomian domestik dan menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
18 komentar:
semoga aja dengan penurunan BI rate diharapkan bisa meringankan beban sekrol riil.
KITA HARAPKAN AGAR TIM ALCO KITA IKUT MEMIKIRKAN PENURUNAN SUKU BUNGA KREDIT MIKRO BIAR NGGAK WAIT AND SEE TERUS ATAU MALAH MENAIKKAN SUKU BUNGA MULTI GUNA. KEREN POSTINGANNYA RI, BACA JUGA YA RESUME ABG DARI KOMPAS.COM..
kata bang fheldi tu benar juga, jika mau suku bunga kredit mikro juga turun biar tak wait and see
@ fheldi wah mantap ternyata orang Bank Riau telah mampu membuat resume di kompas.com, saya pikir bang bukan mengesampingkan bank lainnya bunga kita sudah jauh lebih rendah jauh sebelum BI Rate turun, buktinya kredit kita menjadi yang terbaik dan kita sudah mampu menjadi tuan rumah dinegeri sendiri, BAnk BUMN seharusnya mampu menjadi penggerak perekonomian negara bunganya malah tinggi, pasar nasional mikro mlah dikuasai Danamon, Niaga , Lippo padahal mereka Bank Asing dan bunganya mencekik orang Indonesia Gila Bang Edan 30 % poertahun kita sudah dijajah Malaysia dan Singapura Bang, Bank Riau harus merebut pasar Danamon dll bang, Di Pangkalan Kerinci Bank Riau dan BRI menjadi pemimpin di Pasar Bang, Danamon dah tak ada apa-apanya balik kampung aja Danamon....
Kita masih belum merdeka.
Kalau dah ngomong ekonomi aku cuma bisa mendengarkan dinda yang bankir ini, bagaimana poto Dewan Perwakilan Rakyat Monyet Kita yang lagi outbond ke Bali setuju khan dan dirimu juga ada didalam situ.
@ fheldi terimakasih atas attensinya bang,lagi-lagi mendapat pujian dari abang keren, saya belajar semuanya dari abang....
kalau turun apa pengaruhnya bang?, oh ya, semoga kita memilih calon yang tepat..
Ulasan yang sangat menarik bro, pemurunan BI rate yang terus terjadi sejak 6 Nov 2008 sampai dengan posisi terakhir di 3 april 2009 belum serta merta ditanggapi dunia perbankan tanah air dengan menurunkan tingkat suku bunga kreditnya, kebanyakan memang masih memegang strategi wait and see, dan berupaya berada diposisi seaman mungkin, ditambah lagi dengan kondisi pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan dana (posisi akhir 2008).
mudah2an langkah ini berhasil dalam menyelesaikan krisis yang terjadi di Indonesia, tapi tetap harus di kontrol karena takutnya para spekulan juga memanfaatkan ini.
mampir
shoutboxnya kok ga ada lagi .. wkwkwkwkk...
udah baca yg INI ya...
waduh bro, gak ngerti itung2an bank..
tapi, keep blogging aja.
hehe..
salam peace ^^V.
aq setuju sm ReGiE "semoga aja dengan penurunan BI rate diharapkan bisa meringankan beban sekrol riil"
maju terus buat indonesia
Semoga BI rate turunnya di jalan Kayu putih
ada award neh ri.
ambil ya
Sekedar sharing masalah ide untuk postingan di blog bisa datang secara tiba-tiba. Bahkan pengalaman pribadi yang telah lama mengendap bisa muncul dan tiba-tiba ingin digoreskan dalam catatan harian.
Saya pribadi memang mempunyai catatan pribadi hasil perjalanan dinas, pengalaman menyunting berita/feature/progam entertainment televisi bahkan saat turut menyiarkan di ruang kontrol siaran televisi.
Memang diperlukan kemauan untuk segera menulis/mengetik di keyboard komputer bila ide itu tidak ingin lekas menguap. Juga pengalaman pribadi setelah belajar/mempraktekkan reiki sebagai alternatif penyembuhan pribadi atas suatu penyakit. Namun saya pun juga mempelajari pola/gaya hidup dokter agar tetap bugar sehat sepanjang waktu bahkan kalau Tuhan berkenan selama hidup ini terus sehat walafiat.
Kiat menuliskan di blog biasanya muncul secara tiba-tiba manakala saya melihat tayangan televisi yang menyiarkan daerah pariwisata di mana saya dan teman-teman kerabat kerja dulu pernah datang dan meliput dan mendokumentasikan di pita seluloid.Sayang saya tidak bisa meng upload materi dokumentasi itu di blogku, disamping duration 30 menit sudah berapa GIGA harddisk dipakai? belum teknik mentransfernya dari pita seluloid 16 mm ke materi video lalu terakhir ke komputer pribadi blogku. Alih-alih malah blogku tak bisa dibuka karena keberatan akses video 30 menit hingga 1 jam tayang.Jadi cukup dalam tulisan saja.
Wah-wah opo iki ra mudeng, ngak ngerti aku, yang ngerti wait and see, tapi mantaplah analisanya tajam banget kjadi pengamat ekonomi aja
Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun 2008. Sejumlah kebijakan yang sangat agresif di tingkat global telah dilakukan untuk memulihkan perekonomian. Di Amerika Serikat, sebagai episentrum krisis, kebijakan pemerintah baru yang menempuh langkah serius untuk mengatasi krisis, menjadi faktor positif yang dapat mengurangi pesimisme akan resesi yang berkepanjangan dan risiko terjadinya depresi. Sementara itu,kemauan negara-negara industri maju lainnya untuk berkoordinasi dalam kebijakan pemulihan ekonomi juga diharapkan dapat meningkatkan keyakinan pelaku pasar. Namun, proses berbagai lembaga keuangan memperbaiki struktur neracanya (deleveraging) yang diperkirakan masih terus berlangsung, serta dampak umpan balik dari sektor riil ke sektor keuangan, menyebabkan risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi.
Di Indonesia, imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan triwulan III-2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV-2008. Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan. Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Secara relatif, posisi Indonesia sendiri secara umum bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain. Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1% pada 2008. Sementara kondisi fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan juga cukup kuat untuk menahan terpaan krisis global (Tabel 1). Meski demikian, dalam perjalanan waktu ke depan, dampak krisis terhadap perekonomian Indonesia akan semakin terasa.
Semakin terintegrasinya perekonomian global dan semakin dalamnya krisis menyebabkan perekonomian di seluruh negara akan mengalami perlambatan pada tahun 2009. Indonesia tak terkecuali. Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia di tahun 2009 akan tumbuh melemah menjadi sekitar 4,0%, dengan risiko ke bawah terutama apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari yang diperkirakan. Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut bukan sesuatu yang buruk apabila dibandingkan dengan banyak negara-negara lain yang diperkirakan tumbuh negatif. Oleh karenanya, upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencegah dampak krisis ini meluas lebih dalam, melalui kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil, menjadi penting untuk dilakukan di tahun 2009.
Siapa dulu, alumni bank Riau Capem Dabo Singkep Nih.
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.