Perekonomian Amerika Serikat jatuh ke dasar paling rendah. Bagaimana perubahan dan tantangan Barack Obama sang Presiden AS ? Apa yang akan dilakukan Obama?
OBAMA akhirnya memenangi pemilihan presiden yang disebut-sebut merupakan salah satu yang melelahkan, namun sekaligus mengundang partisipasi rakyat yang juga termasuk terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat (AS). Tidak hanya rakyat AS yang kelihatan bergairah dengan terpilihnya Obama. Di banyak bagian belahan dunia lain pun, termasuk Indonesia, terpilihnya Obama disambut dengan sukacita.
Jargon kampanye Obama yang mengedepankan kata kata “change” dan “hope” agaknya sangat tepat memenuhi harapan “sentimental” banyak orang AS (dan masyarakat dunia) yang sudah mulai jenuh dengan politik perang yang dijalankan Bush, yang kemudian diperparah dengan terjadinya krisis finansial pada akhir pemerintahannya.
Setelah euforia terhadap janji “perubahan” dan “harapan” mereda, saatnya untuk lebih realistis melihat pada apa yang sebenarnya ditawarkan Obama dengan jargon perubahan dan harapannya. Yang pasti, Obama adalah seorang presiden AS, bukan “presiden dunia”. Ia akan bertindak sejalan dengan apa yang dijanjikannya kepada rakyatnya, in the best interest of the United States of America.
Bagaimana paket perubahan dan harapan yang ditawarkan pemerintahan Obama dalam mengatasi krisis finansial? Sampai dengan saat ini belum terlihat jelas bagaimana kebijakan ekonomi pemerintahan Obama.
Salah satu clue yang mungkin dapat diambil saat ini adalah bahwa terwujudnya “perubahan” itu akan berjalan secara gradual dan “harapan” tidak dapat dicapai secara cepat. Hal ini dinyatakan dalam pidato kemenangannya di Chicago beberapa saat lalu.
Obama menyatakan bahwa skala krisis ini sedemikian besar dan dalam, sehingga ada kemungkinan “pekerjaan reparasi” yang harus dilakukan tidak akan selesai, bahkan dalam dua kali masa pemerintahannya (jika dia terpilih dua kali).
Partai Demokrat, partai yang mengusung Barack Obama, menganut paham Jefersonian yang memercayai kemajuan suatu negara adalah apabila ada pemerataan income bagi rakyatnya, lebih dari sekadar pertumbuhan ekonomi.
Salah satu contoh kebijakan ekonomi yang menunjukkan filosofi ekonomi Partai Demokrat adalah apa yang dijalankan pemerintahan Clinton. Saat itu, Clinton menaikkan pajak pendapatan bagi kalangan atas sebagai usahanya untuk mengatasi defisit anggaran yang kemudian menyebabkan ketidakmerataan pendapatan dalam masyarakat AS.
Kebijakan itu kemudian dikritik pihak yang menentangnya bahwa hal itu akan membawa ekonomi AS pada jurang kehancuran. Kenaikan pajak tersebut dinilai akan menghambat inovasi dan investasi yang berasal dari para pemilik modal, kalangan yang menjadi target kenaikan pajak pendapatan.
Kebijakan Clinton untuk menaikkan pajak ini dilaksanakan setelah periode pemerintahan Reagan (Partai Republik) yang terkenal sebagai Reaganomics, yang sangat berpihak pada paham pasar bebas (free market). Paham pasar bebas itu artinya memberi kebebasan pasar yang sebesar-besarnya, tingkat pajak yang rendah, dan peranan pemerintah yang sekecil mungkin dalam mengatur pasar.
Kebijakan tersebut juga dianut pemerintahan Bush yang berasal dari partai yang sama dengan Reagan. Reaganomics maupun kebijakan ekonomi Bush ternyata menyebabkan defisit anggaran yang besar dan berujung pada income inequality.
Obama diwarisi kondisi ekonomi AS yang sedang mengalami krisis terbesar sejak great depression pada 1930 dengan defisit anggaran paling besar (yang pernah terjadi) dan income inequality yang juga makin besar. Krisis ekonomi yang dialami AS saat ini dan janji-janji yang dikemukakan Obama selama kampanye mengundang kekhawatiran akan adanya kebijakan-kebijakan yang mengarah ke proteksionisme.
Kekhawatiran akan proteksionisme AS ini bahkan sudah disuarakan Perdana Menteri (PM) Inggris. Dia mengharapkan Barack Obama tidak terjebak dalam kebijakan protesionis dalam menghadapi resesi ekonomi. Banyak analis melihat bahwa kebijakan ekonomi Obama akan terlihat sedikit mix: tidak sepenuhnya menganut pasar bebas, tetapi juga tidak menganut proteksionisme yang menutup pasar secara kuat.
Untuk pasar keuangan, Obama terlihat mendukung ide para pemimpin Eropa dalam G 20 untuk membuat aturan yang lebih ketat. Dia melihat bahwa krisis finansial yang terjadi saat ini adalah kegagalan sistem pasar bebas yang dibiarkan terlalu bebas tanpa adanya regulasi yang memadai. Obama dan para pemimpin Eropa berpendapat bahwa krisis keuangan yang terjadi sekarang bukan sepenuhnya karena kegagalan mekanisme pasar bebas, melainkan hanya karena kurangnya regulasi pada hal-hal yang seharusnya diatur.
Krisis kali ini menunjukkan bahwa pasar ternyata tidak sepenuhnya mampu mengatur dirinya sendiri secara efisien dan membawa kesejahteraan pada orang banyak secara fair, seperti yang diyakini para pendukung “total” free market selama ini.
Secara sederhana, kebijakan Obama untuk pasar keuangan adalah pasar bebas yang lebih diatur. Sampai di mana regulator dapat berperan, sampai saat ini masih dalam perdebatan karena ada pendapat dan pengalaman dari beberapa negara bahwa aturan yang terlalu ketat akhirnya dapat menjadi bumerang dan menghambat pertumbuhan pasar yang sehat.
Di sisi pasar keuangan, Obama masih terlihat market friendly, tapi tidak demikian dengan tone-nya pada sisi perdagangan internasional. Dalam berbagai pidato kampanyenya, “tone” yang terlihat adalah proteksionisme. Kebijakan yang mengarah pada proteksionisme ini salah satunya terlihat dari ancaman yang dilancarkan Obama untuk menghukum perusahaan AS yang membawa kesempatan kerja ke luar AS.
Keinginan untuk menjalankan kebijakan proteksionis ini terlihat sangat pas dengan kondisi perekonomian AS saat ini yang lesu. Hal itu ditandai dengan makin meningkatnya pengangguran dan bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar AS. Yang terakhir terjadi adalah keteterannya industri mobil yang tidak mampu bersaing dengan produsen mobil Asia, seperti Jepang dan Korea.
Kekhawatiran akan proteksionisme AS ini sudah disuarakan PM Inggris yang beberapa waktu lalu mengharapkan Obama tidak terjebak untuk menjalankan kebijakan proteksionis dalam membenahi perekonomian AS. Namun, kondisi perekonomian dan tekanan untuk dapat merealisasikan janji menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya untuk rakyat AS akan menimbulkan tekanan politis yang kuat kepada Obama untuk melancarkan kebijakan-kebijakan yang bersifat proteksionis.
Banyak kesepakatan di masa Bush yang dipandangnya merupakan kebijakan pasar bebas yang kebablasan dan merugikan AS, terutama para pekerja yang merupakan konstituen utama Obama. Salah satu langkah yang mencerminkan hal tersebut adalah dia akan meninjau kembali Perjanjian NAFTA, “to make sure that the agreement benefits us”. Dia juga akan menaikkan standar kualitas produk dan banyak orang memandang kebijakan ini merupakan usaha untuk melindungi pasar AS dari serbuan produk Cina yang sangat kompetitif dalam harga.
Obama juga akan berjuang untuk memastikan bahwa perjanjian tersebut merupakan perjanjian perdagangan yang fair, yang dalam “kamus” Obama berarti haruslah memberi benefit bagi ekonomi dan menjamin ketersediaan lapangan kerja bagi rakyat AS. Obama juga berpendapat bahwa akan lebih baik jika dana yang selama ini berkeliaran di luar AS ditarik kembali untuk pembangunan infrastruktur dan sektor riil yang memberikan kesempatan kerja lebih luas kepada rakyat—yang berarti juga makin mengerutnya likuiditas global.
Kebijakan-kebijakan yang menjadi pilihan Obama pada saat dia resmi menjadi presiden tentu akan berdampak signifikan terhadap kondisi perekonomian global. Dunia mungkin akan melihat suatu overhaul sistem keuangan dan akan lebih restricted.
Kebijakan Obama atau “Obamanomic” yang bernuansa proteksionis akan membuat pertumbuhan perekonomian global melemah dan negara di seantero dunia harus bersiap menghadapinya karena yang sakit kali ini adalah pusat perekonomian dunia. Kemampuan untuk bergantung pada kekuatan ekonomi domestik sangat diperlukan, setidaknya dalam masa-masa sakit parahnya ekonomi AS, sehingga vitalitas ekonomi dapat terjaga.
Tidak semua kebijakan Obama akan menjadi “ancaman” bagi dunia. Keinginannya untuk menggalakkan pemakaian energi alternatif merupakan angin segar bagi permasalahan global warming yang makin menghantui dunia.
Namun, untuk mengegolkan kebijakannya di bidang energi ini, Obama harus berhadapan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan pemakaian minyak fosil selama mungkin. Mereka adalah “orang-orang kuat” dan pelobi ulung yang sangat “kenyal” dalam mempertahankan kepentingannya.
Untuk saat ini kita di Indonesia hanya bisa menunggu bagaimana kebijakan Obama yang sesungguhnya. Tentunya sembari menyiapkan perangkat kebijakan dan “senjata”, sehingga negara ini selamat melayari resesi dunia.
http://www.infobanknews.com diedit seperlunya dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
19 komentar:
pemerataan pendapatan masyarakat merupakan salah satu langkah yang selalu diajarkan dalam teori ekonomi.
Tetapi penerapannya selalu menjadi kendala besar. Pemahaman terhadap grafik U dan hubungan timbal balik 4 grafik/faktor utama menjadikan hal yang membingungkan bagi praktisi ekonomi.
Bagaikan buah simalakama. Jika suatu tindakan menyebabkan satu faktor menjadi nilai baik/positif, maka faktor yang lain bisa bernilai buruk/negatif.
Jika dilepaskan pada invinsible hand, malah bisa jadi amburadul.
Diperlukan kesatuan pandang ekonomi dan adanya political will, sehingga bisa menyelamatkan ekonomi suatu bangsa.
Kadang-kadang suatu kebijakan akan luntur dikarenakan ketidak seimbangan antara keadaan saat ini dan nanti
Terimakasih atas dukungan dinda selama ini untuk kemajuan Riau dan Juga kepentingan saya tentunya, Coba dulu dinda berkenan menjadi tim sukses ekonomi saya ditambah dengan lingkungan dan pergaulan dinda di Riau, pasti kita lebih mampu mendapat suara yang lebih baik. Semua kita serahkan dengan yang di atas.
Wassalam.
saya jadi seneng baca tulisan yang bernuansa politik akhir2 ini, walau jarang bisa menyimpulkan :D.
susah juga ya kalau ekonomi kita harus bergantung pada Ekonomi AS, dikala AS yang sakit kita yang kena batunya, mungkin gak pa kalau kita ini bisa berdiri di kaki sendiri ?
tapi saya percaya pada roda nasib, amerika negara kuat suatu saat bakalan berantakan, dan indonesia pasti suatu saat bisa hebat, ;) ...
Waduh,jadi merasa paling oon nih ketika baca komen2 diatas. Setau saya sih, masih ada banyak negara yg justru tidak terpuruk ketika krisis ekonomi global melanda.Dan negara2 itu adalah negara yg selama ini justru tidak 'menempel' pada Amarika.
Memang susah sekali keadaan sekarang, sangat kompleks dan anomali...contohnya : biasanya negara yang sedang mengalami krises keuangan pasti nilai tukar mata uang nya melemah, tapi yang terjadi di AS sebaliknya malah menguat sejadi2nya hehehehe...
butuh waktu yang cukup lama memang buat OBAMA untuk mewujudkan "Change" dan "Hope" nya itu..
pagi ri....
pagi semua
Siapa dulu, alumni bank Riau Capem Dabo Singkep Nih.
Pagi juga om atan atau om attayaya
wah nice post bro...mantabbh
berharap bakal terwujud, nungguin kebijakan obama, kita kapan ya?
O mama...O bama... Obat maag...
ampun deh gw ama posti panjang2...........
mampir aja achhhhhhhhhh
wkwkkw........
hhhhhhhhhmmmmm mau ngomong apalagi :P
yang jelas obama pasti mengutamakan kepentingan AS dan kroninya. kita hanya dibiarkan menjadi remora yang menunggu makanan sisa dari sistem mereka. nasib...nasib...
berkali2 saya merasa paling katro klu baca postingan temen2.. ini salah satunya :( hiks hiks hiks . . .
Aku setuju dgn apa yg diusung Obama dlm upaya menyembuhkan krisis ekonomi global. Memang sesaat pasar bebas kelihatannya bagus, bahkan bisa dibilang magic, karena mendatangkan kemajuan berlipat2, tp krn rapuh, maka jdnya kayak fenomena rumah kartu. Moga2 Obama dan timnya mampu membawa Amerika (dan dunia) kembali solid. Nice posting, mas Eri!
postingan yang menarik, senang saya ngeview blognya mas
postingan yang menarik, senang saya ngeview blognya mas
Aku setuju dgn apa yg diusung Obama dlm upaya menyembuhkan krisis ekonomi global.
Aku setuju dgn apa yg diusung Obama dlm upaya menyembuhkan krisis ekonomi global.
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.