16 Februari 2013

BI Rate

Definisi

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. 


Fungsi

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.



Bagaimana BI Rate ditetapkan?


Jadwal Penetapan dan Penentuan

  • Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.
  • Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya
  • Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter  (lag of monetary policy) dalam memengaruhi inflasi.
  • Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter  dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.
Besar Perubahan BI Rate


Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps. 


Data BI Rate


Tanggal BI Rate
12 Feb 20135.75%
10 Jan 20135.75%
11 Des 20125.75%
8 Nov 20125.75%
11 Okt 20125.75%
13 Sept 20125.75%
9 Agust 20125.75%
12 Juli 20125.75%
12 Juni 20125.75%
10 Mei 20125.75%
12 April 20125.75%
8 Maret 20125.75%
9 Feb 20125.75%
12 Jan 20126.00%
8 Des 20116.00%
10 Nov 20116.00%
11 Okt 20116.50%
8 Sept 20116.75%
9 Agust 20116.75%
12 Juli 20116.75%
9 Juni 20116.75%
12 Mei 20116.75%
12 April 20116.75%
4 Maret 20116.75%
4 Feb 20116.75%
5 Jan 20116.50%
3 Des 20106.50%
4 Nov 20106.50%
5 Okt 20106.50%
3 Sept 20106.50%
4 Agust 20106.50%
5 Juli 20106.50%
3 Juni 20106.50%
5 Mei 20106.50%
6 April 20106.50%
4 Maret 20106.50%
4 Feb 20106.50%
6 Jan 20106.50%
3 Des 20096.50%
4 Nov 20096.50%
5 Okt 20096.50%
3 Sept 20096.50%
5 Agust 20096.50%
3 Juli 20096.75%
3 Juni 20097.00%
5 Mei 20097.25%
3 April 20097.50%
4 Maret 20097.75%
4 Feb 20098.25%
7 Jan 20098.75%
4 Des 20089.25%
6 Nov 20089.50%
7 Okt 20089.50%
4 Sept 20089.25%
5 Agust 20089.00%
3 Juli 20088.75%
5 Juni 20088.50%
6 Mei 20088.25%
3 April 20088.00%
6 Maret 20088.00%
6 Feb 20088.00%
8 Jan 20088.00%
6 Des 20078.00%
6 Nov 20078.25%
8 Okt 20078.25%
6 Sept 20078.25%
7 Agust 20078.25%
5 Juli 20078.25%
7 Juni 20078.50%
8 Mei 20078.75%
5 April 20079.00%
6 Maret 20079.00%
6 Feb 20079.25%
4 Jan 20079.50%
7 Des 20069.75%
7 Nov 200610.25%
5 Okt 200610.75%
5 Sept 200611.25%
8 Agust 200611.75%
6 Juli 200612.25%
6 Juni 200612.50%
9 Mei 200612.50%
5 Juli 20058.50%

15 Februari 2013

BI Rate Tetap 5,75%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Februari 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian Indonesia masih menunjukkan kinerja yang kuat, namun tetap mewaspadai masih tingginya tekanan terhadap keseimbangan eksternal sejalan dengan masih kuatnya impor di tengah pelemahan ekonomi global. Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong penyesuaian keseimbangan eksternal sehingga defisit transaksi berjalan berada pada tingkat yang sustainable. Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya dan mendorong terciptanya pasar valas yang lebih efisien. Selain itu, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik, dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Perekonomian Indonesia tumbuh cukup kuat ditopang permintaan domestik, meskipun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya.
 Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2012 mencapai 6,11%, sementara untuk keseluruhan tahun 2012 mencapai 6,23%. Konsumsi dan investasi pada triwulan IV-2012 masih tumbuh cukup kuat, meskipun sedikit termoderasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, ekspor mulai membaik seiring dengan membaiknya perekonomian di beberapa negara mitra dagang utama seperti China. Namun, pertumbuhan impor masih cukup tinggi seiring dengan kuatnya permintaan domestik. Pada triwulan I-2013, pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 6,2%, terutama ditopang permintaan domestik. Untuk keseluruhan tahun 2013, setelah memperhitungkan aktivitas ekonomi pada triwulan III dan IV-2013 termasuk pengeluaran untuk persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) maka pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan mencapai kisaran 6,3%-6,8%. 

Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2012 membaik tercermin dari meningkatnya surplus meskipun defisit transaksi berjalan lebih tinggi dari prakiraan semula. Perbaikan NPI tersebut terutama disebabkan oleh kinerja transaksi modal dan finansial yang didukung oleh likuiditas pasar keuangan global. Sementara itu, meningkatnya defisit transaksi berjalan terjadi terutama akibat menurunnya surplus neraca perdagangan non-migas dan meningkatnya defisit neraca perdagangan migas. Ke depan, transaksi berjalan pada triwulan I-2013 diprakirakan mengalami perbaikan, terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama seperti China dan AS. Cadangan devisa sampai dengan akhir Januari 2013 mencapai 108,78 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional.