21 Desember 2011

Kegiatan operasional Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI dalam rangka Hari Raya Natal, Cuti Bersama Tahun 2011 dan tahun baru 2012

Menunjuk keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor : 12/59/KEP.GBI/INTERN/2010 Tanggal 31 Desember 2010 Tentang Hari Libur dan Cuti Bersama Tahun 2011 di Bank Indonesia, dengan ini diberitahukan bahwa kegiatan operasional Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI dalam rangka Hari Raya Natal, Cuti Bersama Tahun 2011 dan tahun baru 2012 sebagai berikut :
  1. Kegiatan operasional Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS :
    1. Hari Jum’at, tanggal 23 Desember 2011 Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS beroperasi secara normal.
    2. Hari Senin, tanggal 26 Desember 2011 Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS tidak beroperasi.
    3. Hari Selasa s.d Kamis, tanggal 27 s.d. 29 Desember 2011 Sisem BI-RTGS dan BI-SSSS beroperasi secara normal.
    4. Hari Jumat, tanggal 30 Desember 2011 jam operasional diatur sebagai berikut :
      1. RTGS Central Computer (RCC) Open : pukul 06.30 WIB
      2. Cut Off Warning : pukul 18.00 WIB
      3. Pre Cut Off : pukul 19.00 WIB
      4. Cut Off BI-SSSS : pukul 19.30 WIB
      5. Cut Off BI-RTGS : pukul 20.00 WIB
    5. Hari Senin, tanggal 2 Januari 2012
      Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS beroperasi secara normal.
  2. Kegiatan operasional SKNBI :
    1. Hari Jum’at tanggal 23 Desember 2011
      Seluruh Kegiatan Penyelenggaraan SKNBI diadakan sesuai jadwal yang berlaku.
    2. Hari Senin, tanggal 26 Desember 2011
      Seluruh Kegiatan penyelenggaraan SKNBI ditiadakan.
    3. Hari Selasa s.d. Kamis, tanggal 27 s.d. 29 Desember 2011
      Seluruh Kegiatan Penyelenggaraan SKNBI diadakan sesuai jadwal yang berlaku.
    4. Hari Jum’at, tanggal 30 Desember 2011
      1. Kliring Kredit siklus I diadakan sesuai jadwal yang berlaku, sedangkan Kliring Kredit Siklus II ditiadakan;
      2. Kliring Debet ditiadakan, kecuali kliring Pengembalian (H+1) Wilayah Kliring Jakarta dan Surabaya diadakan sesuai jadwal yang berlaku;
      3. Penyediaan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit diadakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku (normal);
      4. Penyediaan pendanaan awal (prefund) bagi Kliring Debet ditiadakan.
    5. Hari Senin, 2 Januari 2012
      1. Seluruh Kegiatan Penyelenggaraan SKNBI diadakan kecuali Kliring Pengembalian H+1 Wilayah Kliring Jakarta dan Surabaya ditiadakan;
      2. Mekanisme Penyediaan Pendanaan Awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit diadakan sesuai dengan jadwal yang berlaku.
    6. Hari Selasa, tanggal 3 Januari 2012
      Seluruh kegiatan PEnyelenggaraan SKNBI diadakan sesuai jadwal yang berlaku.

02 Desember 2011

STRATEGI BENANG MERAH MERAIH FUNDING

Perburuan funding yang tidak dilakukan secara organik, apalagi sustain, tidak direkomendasikan (unrecommended).

Apakah karena Bank Century bermasalah terus, Bank Mutiara menjadi susah funding-nya? Oh, jangan salah, fakta mencatat mereka makin merekah.

Yang nenjadi tanda tanya adalah dari mana alur si benang merah tersebut. Itu menggelitik untuk ditelusuri dan menarik untuk dikaji. Menyingkap sebuah misteri demi lahirnya sebuah strategi.

Memang hampir kebanyakan orang terpana, heran, dan tak percaya apa hal itu bisa? Dari laporan publikasi, Bank Mutiara telah membukukan kenaikan funding selama triwulan ketiga 2010 sebesar Rp1,8 tiriliun.

Kok bisa? Bukankah orang masih alergi terhadap produk-produk Bank Mutiara karena Bank Century? Tak usah pusing-pusing mencari.

Berikut ini kupasan mengenai konsep dan formulasi strategi benang merah ekspansi funding.

Sebelum membahas lebih jauh, kita samakan persepsi dulu bahwa formulasi ekspansi funding, yakni menahan dana existing dan menambah dana baru (fresh fund) yang berasal dari nasabah existing dan nasabah baru.

Kedua unsur tersebut harus digarap simultan sebab kalau tidak pasti berlepotan. Contoh, ada dana baru masuk, tetapi dana existing keluar, ya percuma. Sampai di sini pasti gampang dimengerti.

Selanjutnya, bagaimana strategi benang merah untuk ekspansi funding ?

01 Desember 2011

Memahami Disability Insurance

Benefit yang didapat dari perusahaan asuransi akan sangat tergantung pada jenis benefit yang di-cover dalam produk disability insurance. Jenisnya bisa jadi berbeda antara produk yang dikeluarkan oleh perusahaan yang satu dan yang lain. 

Risiko kehilangan kemampuan untuk mencari nafkah selalu mengintai setiap orang. Namun, sering kali risiko ini diabaikan sebagian orang. Untuk mengantisipasi hal itu, sebaiknya masyarakat ikut disability insurance.

Disability insurance dapat diartikan sebagai asuransi yang menjamin pendapatan yang diperoleh penerima manfaat jika terjadi risiko ketidakmampuan bekerja. Produk ini melindungi keluarga dari situasi yang tidak diinginkan dan menjamin kelanjutan hidup keluarga pada saat tulang punggung keluarga mengalami ketidakmampuan bekerja karena suatu hal.

Ada dua jenis disability insurance: ada yang masanya jangka pendek dan ada yang jangka panjang. Lalu, apa saja yang benefit yang diperoleh dari disability insurance?

29 November 2011

7 Langkah Agar Asuransi Umum Tetap Sehat

Berkonsentrasi untuk menambah modal. Selain untuk meningkatkan kapasitas perusahaan, hal itu juga menjadi bagian dari komitmen pemilik dalam bisnis asuransi. Jika sulit, cari mitra strategis dan tidak perlu mengambil dividen dari laba yang diperoleh.

Berdoalah pada Tuhan agar tidak terjadi bencana alam, baik banjir maupun gempa, ataupun kecelakaan. Bencana yang datang silih berganti selain menimbulkan banyak klaim juga mendorong orang untuk berasuransi. Orang mulai banyak mengambil asuransi tidak hanya karena takut bencana datang, tapi karena ada sedikit kesadaran baru.

Selain berdoa pada Tuhan, para pemilik perusahaan asuransi (dalam hal ini asuransi umum) juga harus segera menambah modal agar tidak disebut kecil-kecil “belum tentu” cabe rawit. Tidak sedikit langkah yang sudah ditetapkan menajemen untuk memperbaiki kinerja, tapi tidak ada salahnya mengikuti langkah yang disodorkan Biro Riset Infobank berdasarkan kenyataan di lapangan dan komentar para praktisi.

Bank Muamalat Siap Kenalkan Tabungan Wisata

Dalam memperluas cakupan bisnisnya, Bank Muamalat menambah produk tabungannya dengan Tabungan Wisata, yang diharapkan bisa memberikan tambahan DPK Rp10 miliar di tahun pertama. 

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menyiapkan produk terbarunya tabungan wisata, yang dipatok memberikan kontribusi dana pihak ketiga (DPK) sampai Rp10 miliar untuk satu tahun pertama dari 20 ribu nasabah.

“Tabungan wisata ini target nasabah kurang lebih sekitar 20 ribu dengan dana kelolaan Rp5 miliar sampai Rp10 miliar. Produk sudah siap, bisa jalan langsung, otomatis bisa langsung kita tawarkan untuk nasabah-nasabah kita dan asoisasi-asosiasi kita,” tutur Direktur Retail Bank Muamalat Adrian Asharyanto Gunadi, kepada wartawan di Jakarta, Senin 21 November 2011.

Dalam melancarkan pengembangan produk tersebut, perseroan menjalin kerja sama dengan PT Garuda Indonesia (persero) Tbk, sebagai maskapai penerbangan nasional terbesar, dengan target penumpang mencapai 18 juta pada tahun 2011.

23 November 2011

Tips Menghindari Investasi Pepesan Kosong


Banyak sekali jenis investasi, yang menyebabkan kita bingung dalam memilih. Salah-salah kita apes akibat investasi bodong. Bagaimana terhindar dari investasi pepesan kosong ? 

Pertama, hati-hati dengan penawaran investasi yang memberikan “janji-janji surga” akan imbal hasil tinggi di atas rata-rata pasar dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sebab, kemungkinan besar penawaran tersebut memang berupa janji-janji belaka.

Kedua, jangan langsung termakan bujuk rayu penjual yang memaksa Anda untuk membuat keputusan saat itu juga, sekalipun penjual tersebut adalah orang yang Anda kenal baik sejak lama.

Sri Mulyani Indrawati: "Effective aid requires more than money"

Even skeptics admit it: effective aid works. In the last 25 years, the share of poor people in developing countries has been cut by half, and the last decade has witnessed impressive development successes in countries once thought beyond help. 

Globally, the mortality rate for children under five has declined by a third, and sub-Saharan economies grew by up to 6% per year on average. With the exception of fragile and conflict-affected countries, today’s poor countries are very different from the poor countries of the past.

In the 1990’s, developing countries’ economies accounted for only one-fifth of global economic growth. Today, many of them are driving the global economy. Some estimate that by 2025, six major emerging-market economies – China, South Korea, Indonesia, Brazil, India, and Russia – will collectively account for more than half of all global growth.

07 November 2011

DAFTAR SUKU BUNGA KREDIT PERBANKAN

Berdasarkan data industri perbankan melalui laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) terlihat pada periode Juni 2011 dibandingkan pada periode September 2011 memang banyak bank yang menunjukkan penurunan namun tidak ada yang siginifikan.

Hanya beberapa bank seperti PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang secara signifikan menurunkan suku bunga dasar kredit khusus KPR. BCA per Juni 2011 mematok KPR di 9,50% kini per 31 Oktober 2011 BCA mengumumkan suku bunga KPR-nya di 7,50%.

Selain KPR, BCA juga menurunkan suku bunga kredit konsumer non KPR-nya secara signifikan. Kredit konsumer non KPR BCA turun hampir 200 bps dimana per Juni 2011 mencapai 10,05% menjadi 8,64%.

Bank Indonesia (BI) saat ini tengah mengevaluasi sejauh mana masyarakan dapat memanfaatkan informasi dari transparansi SBDK, yang diharapkan dapat meningkatkan kompetisi industri perbankan untuk menekan suku bunga pinjaman ke depan.

"Kalau SBDK isu dan tantangannya itu kan coachingnya pada transparansinya kepada masyarakat sehingga bisa digunakan. Nah jadi dengan itu bisa muncul kompetisi lebih sehat lewat transparansi itu. Ini di lapangan masih banyak yang harus diperbaiki," terang Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (2/11/2011).

Ia menjelaskan, untuk saluran transparansi ke masyarakat, untuk tahap awal BI menetapkan bank-bank beraset di atas Rp 10 triliun untuk menginformasikan tingkat SBDK-nya melalui website bank dan koran. Bank sentral pun tengah meninjau apakah dua saluran tersebut sudah cukup untuk menyampaikan informasi bagi masyarakat.

"Itu selain di web juga di koran 3 bulan sekali, jangan-jangan itu ngga terekspos juga oleh publik karena masing-masing orang aksesnya kan ngga sama. Mudah-mudahan aksesnya ini kepada masyarakat yang akan lebih baik," pungkasnya.

Berikut data SBDK perbankan (Juni 2011 dibanding Data Terakhir) yang dihimpun detikFinance dari masing-masing situs bank :

Bank Mandiri (30 September 2011)

  • Kredit Korporasi 11,25% turun menjadi 11,00%
  • Kredit Ritel 13,00% tetap 13,00%
  • Kredit Konsumer KPR 11,75% tetap 11,75%
  • Kredit Konsumer non KPR 13,25% turun menjadi 13,00%.

BNI (30 September 2011)

  • Kredit Korporasi 11,00% turun menjadi 10,75%
  • Kredit Ritel 13,05% turun menjadi 13,00%
  • Kredit Konsumer KPR 11,90% turun menjadi 11,80%
  • Kredit Konsumer non KPR 13,00% naik menjadi 13,15%.

BCA (31 Oktober 2011)

  • Kredit Korporasi 9,00% tetap 9,00%
  • Kredit Ritel 11,00% tetap11,00%
  • Kredit Konsumer KPR 9,50% turun menjadi 7,50%
  • Kredit Konsumer non KPR 10,05% turun menjadi 8,64%.

BII (5 Oktober 2011)

  • Kredit Korporasi 10,69% tetap 10,69%
  • Kredit Ritel 11,52% tetap 11,52%
  • Kredit Konsumer KPR 11,75% tetap 11,75%
  • Kredit Konsumer non KPR 10,37% tetap 10,37%

02 November 2011

STANDART CHARTERED LUNCURKAN ATM NASABAH TUNA NETRA

Satu lagi inovasi perbankan untuk menyasar nasabah dari kalangan disabled, yakni menyediakan layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) berbasis audio. Layanan ATM spesial ini dinamakan Talking ATM, yang dikhususkan untuk memudahkan transaksi nasabah tuna netra. Standard Chartered Bank Indonesia memperkenalkan layanan Talking ATM, hari ini, di Jakarta. 
 
Sajid Rahman, Country Head Consumer Banking Standard Chartered Bank, menuturkan, Indonesia merupakan negara pertama dalam jaringan Standard Chartered Bank di wilayah Asia Tenggara yang meluncurkan Talking ATM. Layanan serupa sebelumnya sudah diluncurkan kelompok bank asal Inggris ini di Korea, India, Uni Emirat Arab, dan Cina.

Layanan ATM Talking Stanchart ini menyediakan beberapa fitur. Pertama, bila menggunakan kartu ATM/debit Stanchart, nasabah bisa melakukan cek saldo, penarikan tunai, dan perubahan PIN kartu ATM. Kedua, bila menggunakan kartu ATM bank lain anggota jaringan ATM Bersama nasabah dapat melakukan cek saldo dan penarikan tunai.

Uang Kertas Rupiah Pecahan 20.000, 50.000 dan 100.000 Desain Baru Siap Diedarkan

Dalam rangka meningkatkan perlindungan dari upaya pemalsuan serta mengoptimalkan fungsi elemen desain agar lebih memudahkan masyarakat mengenali keaslian uang Rupiah pada pecahan Rp20.000 Tahun Emisi (TE) 2004, Rp50.000 TE 2005 dan Rp100.000 TE 2004, Bank Indonesia secara resmi akan mengeluarkan dan mengedarkan Uang Kertas (UK) Rupiah Desain Baru ketiga pecahan tersebut mulai Senin, 31 Oktober 2011.

Dengan Pengeluaran dan Pengedaran ketiga uang kertas Desain Baru tersebut, diharapkan masyarakat akan dapat lebih cepat mengenali keaslian uang Rupiah dengan adanya  penambahan unsur pengaman yang dapat dikenali tanpa menggunakan alat bantu. Disamping itu, diharapkan pula dapat meningkatkan perlindungan dari upaya-upaya pemalsuan uang karena kemajuan dalam teknologi cetak.  

Perlu diketahui bahwa penyempurnaan desain ini secara visual bersifat minor dan bukan merupakan uang emisi baru. Perubahan untuk mengoptimalkan fungsi elemen desain atau up-grading pada masing-masing ketiga pecahan uang kertas tersebut meliputi:
a.   Penambahan unsur pengaman rainbow printing di sebelah kanan gambar utama pada bagian depan uang berupa bidang berbentuk segi empat yang memiliki efek berubah warna (efek pelangi) apabila dilihat dari sudut pandang tertentu;
b.   Penambahan desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil berwarna hijau dan ditengahnya berwarna putih yang letaknya tersebar di sebelah gambar utama pada bagian depan uang dan belakang uang;
c.    Perubahan kode tuna netra (blind code) berupa dua buah empat persegi panjang yang semula tidak kasat mata (invisible) menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio), terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang;

16 Oktober 2011

BI Rate Turun 25 BPS Menjadi 6,50%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Oktober 2011 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,50%. Bank Indonesia juga akan tetap menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah khususnya dari dampak gejolak pasar keuangan global. Keputusan ini diambil sejalan dengan keyakinan Bank Indonesia bahwa inflasi pada akhir tahun ini maupun tahun depan akan berada di bawah 5%. Selain itu, langkah-langkah tersebut ditempuh sebagai antisipasi untuk memitigasi dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Kedepan, Dewan gubernur akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global serta menempuh respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.
Dewan Gubernur terus mewaspadai tingginya risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global serta kecenderungan menurunnya kinerja perekonomian global akibat permasalahan utang dan fiskal di Eropa dan AS.  Perhatian terutama ditujukan pada dampak jangka pendek melalui jalur finansial berupa melemahnya bursa saham, meningkatnya indikator risiko utang, dan tekanan pembalikan arus modal portofolio (capital reversals) oleh investor global dari emerging economies, termasuk Indonesia. Sementara itu, kinerja perekonomian global terindikasi melemah seperti tercermin pada perlambatan kegiatan produksi dan penjualan ritel yang disertai dengan tingkat keyakinan konsumen yang melemah di negara maju dan koreksi sejumlah harga komoditas internasional. Di sisi lain, tekanan inflasi mulai mereda, meski inflasi negara emerging markets masih relatif tinggi, sehingga terjadi pergeseran respon kebijakan moneter ke arah netral atau akomodatif. Kedepan, secara keseluruhan Dewan Gubernur melihat kecenderungan menurunnya pertumbuhan ekonomi negara maju, melambatnya volume perdagangan dunia, dan menurunnya harga komoditas global. Sementara itu di sektor keuangan, tingginya ekses likuiditas global dan persespi resiko investor masih akan mendorong tetap derasnya aliran modal asing masuk ke negara-negara emerging economies, termasuk Indonesia, baik dalam bentuk PMA maupun investasi portofolio.
Dewan Gubernur menilai bahwa fundamental ekonomi dan perbankan nasional tetap kuat di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan lebih tinggi, terutama didukung oleh konsumsi dan kegiatan investasi, sehingga secara keseluruhan tahun 2011 dapat mencapai 6,6%. Sejauh ini, dampak gejolak ekonomi global lebih dirasakan di pasar keuangan, sementara sektor riil relatif belum terpengaruh. Namun, perekonomian global yang melemah diperkirakan akan memengaruhi kinerja ekonomi domestik pada tahun 2012, baik melalui dampaknya pada pasar keuangan maupun terhadap kegiatan perdagangan internasional. Pertumbuhan ekonomi domestik tahun 2012 diprakirakan berada disekitar 6,5%. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi yang tetap kuat dan investasi yang meningkat, namun ekspor akan menghadapi tekanan. Secara sektoral, seluruh sektor ekonomi diprakirakan akan tumbuh dengan baik. Sektor-sektor yang diprakirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi ke depan, antara lain sektor industri; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor transportasi dan komunikasi.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2011 diprakirakan akan kembali surplus setelah mengalami tekanan akibat terjadinya aliran modal keluar pada triwulan sebelumnya. Secara keseluruhan tahun 2011, NPI diprakirakan akan tetap mencatat surplus yang cukup besar. Surplus NPI ini diprakirakan akan tetap berlangsung pada tahun 2012 terutama didukung oleh surplus transaksi modal dan finansial yang terus meningkat, baik dalam bentuk investasi portofolio maupun investasi langsung. Sejalan dengan itu, cadangan devisa pada akhir September 2011 tercatat sebesar 114,5 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Jumlah cadangan devisa tersebut lebih dari cukup untuk mendukung kestabilan nilai tukar Rupiah.
Nilai tukar Rupiah pada triwulan III-2011 mengalami tekanan, khususnya pada bulan September 2011. Pada triwulan III-2011, nilai tukar Rupiah melemah 2,42% (ptp) menjadi Rp8.790 per dolar dengan volatilitas yang meningkat. Namun, pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut masih sejalan dengan pergerakan nilai tukar mata uang negara kawasan. Tekanan terhadap rupiah antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya faktor risiko global akibat kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Selain itu, meningkatnya permintaan valas untuk memenuhi pembayaran impor turut menekan nilai tukar Rupiah. Kedepan, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah guna mendukung terpeliharanya kestabilan makroekonomi.
Tekanan inflasi terus menurun. Inflasi IHK pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 1,89% (qtq) atau 4,61% (yoy), lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya.  Penurunan tekanan inflasi ini berasal dari kelompok volatile food dan administered prices seiring dengan membaiknya pasokan, turunnya harga komoditas pangan internasional dan minimalnya kebijakan Pemerintah terkait harga komoditas strategis. Sementara itu, tekanan kelompok inti di luar kenaikan harga emas juga relatif terjaga baik karena kebijakan apresiasi nilai tukar pada periode sebelumnya dan masih cukup memadainya pasokan dalam merespon permintaan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi pada tahun 2011 diyakini akan lebih rendah dari 5%. Tahun 2012, inflasi akan tetap terkendali dan diprakirakan di bawah 5% seiring dengan terjadinya koreksi harga komoditas global dan melemahnya perekonomian dunia.
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik meskipun terjadi gejolak pasar keuangan akibat pengaruh global.   Stabilitas industri perbankan masih tetap terjaga dengan baik sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan rendahnya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit yang mencapai 23,8% (yoy) hingga akhir September 2011. Bank Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan dan mendorong fungsi intermediasi dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dengan mendorong ke arah pertumbuhan kredit produktif sehingga perekonomian nasional tetap dapat mencapai pertumbuhan yang optimal di tengah kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian.

07 Oktober 2011

Masihkah UKM Kebal Krisis Global?

Meskipun proteksi dilarang World Trade Organization (WTO), kenyataannya sejak krisis global 2008, sebanyak 16 negara melakukan proteksi terhadap produksi dalam negerinya, termasuk AS dan China, dengan mengharuskan membeli produksi dalam negeri.

Ketika 2008 terjadi krisis global disebutkan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tidak terpengaruh dan terus bertahan. Bahkan, kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) terus meningkat. Pada 2011 kontribusinya mencapai 61,9% dari total PDB, dengan rincian 36,28% dari usaha mikro, 10,9% dari usaha kecil, dan 14,7% dari usaha menengah. Apakah UMKM mampu bertahan dikarenakan keberpihakan pemerintah untuk melindungi UMKM atau daya juang yang tinggi dari UMKM untuk terus bertahan ?

Saat ini hampir 99% dari total UMKM yang ada di seluruh Indonesia adalah usaha mikro yang notabene adalah sektor informal dan umumnya menggunakan bahan baku lokal, pasarnya lokal, sehingga tidak terpengaruh secara langsung krisis global. Kondisi ini berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia ataupun yang dialami negara-negara advanced economies yang pada 2008 mengalami pertumbuhan negatif. Meskipun, pada saat recovery, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bergerak secepat negara-negara lain, khususnya di Asia.
Pada 2011 Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa kembali mengalami krisis ekonomi. Tentu situasinya tidak akan jauh berbeda dengan 2008, yaitu UMKM akan mampu bertahan, kecuali sebagian kecil usaha kecil dan menengah yang melakukan ekspor ke AS dan negara-negara Eropa yang akan mengalami penurunan ekspor.

Karena itu, dibutuhkan alternatif lain, yaitu mencari pasar lain di luar pasar tradisional AS dan negara Eropa atau memanfaatkan pasar dalam negeri yang sangat potensial yang saat ini banyak dimanfaatkan oleh asing. Laporan World Economic Forum 2010 menempatkan pasar Indonesia pada ranking ke-15, menunjukkan negara lain menganggap Indonesia sebagai pasar yang potensial. Potensi ini yang belum dimanfaatkan UMKM secara maksimal.

Perkembangan UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan sehingga belum secara meyakinkan mampu bersaing dengan produk impor. Persoalan utama yang dihadapi UMKM, antara lain keterbatasan infrastruktur dan birokrasi pemerintah terkait dengan perizinan dan peraturan-peraturan yang menghambat serta korupsi.

Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu menjadi terhambat. Sehingga, yang terjadi sebenarnya, meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan, dengan adanya krisis global, maka yang dihadapi UMKM kenyataannya akan lebih berat. Itu karena selain menghadapi krisis global, UMKM harus pula menghadapi persoalan domestik yang tidak kunjung terselesaikan. Bisa dibayangkan bila UMKM diperhatikan secara serius dan lebih baik dengan menghilangkan berbagai persoalan yang menghambat, maka fondasi ekonomi nasional akan bertambah kuat karena ekonomi tumbuh secara berkualitas dan pada akhirnya membuka lapangan kerja.

Seperti pascakrisis 2008, dengan terjadinya krisis di AS dan Eropa pada 2011, maka akan terjadi pelarian capital inflow ke emerging countries di Asia, termasuk Indonesia. Momen ini tentunya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah yang memiliki keterbatasan dana untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan UMKM. Bagaimana agar aliran modal yang masuk tidak hanya berjangka pendek yang sewaktu-waktu bisa ditarik, tapi diinvestasikan dalam jangka waktu yang lebih lama antara lain untuk pembangunan infrastruktur.

Ada hal lain selain krisis global dan berbagai persoalan yang dihadapi UMKM, yaitu liberalisasi perdagangan, misalnya China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA), di samping perjanjian-perjanjian lain. Pemerintah menyepakati perjanjian kerja sama CAFTA ataupun perjanjian lain tanpa mempersiapkan terlebih dahulu UMKM agar siap bersaing, misalnya dengan memperbaiki kualitas produk, harga bersaing, dan membuat peta produk impor sehingga positioning persaingan jelas. Belum lagi Indonesia dihadapkan pada ASEAN Community pada 2015. Bisa dibayangkan bila UMKM dibiarkan begitu saja, lama-lama UMKM yang disebut sebagai mampu bertahan dan tahan banting akan mati juga tanpa bisa berbuat apa-apa.

Dalam upaya memperkuat fundamental ekonomi nasional, pemerintah hendaknya juga meningkatkan investasi domestik dan memproteksi pasar dalam negeri sehingga pasar dalam negeri menjadi penyangga (buffer) untuk perekonomian nasional. Karena, meskipun proteksi dilarang World Trade Organization (WTO), kenyataannya sejak krisis global 2008, sebanyak 16 negara melakukan proteksi terhadap produksi dalam negerinya, termasuk AS dan China, dengan mengharuskan membeli produksi dalam negeri.
Jadi, apabila Indonesia juga melakukan hal yang sama, untuk menghindari kondisi yang lebih buruk pada produksi dalam negeri akibat terpaan berbagai situasi sah-sah saja. Selain itu, mari mulai mencintai produksi dalam negeri agar perekonomian nasional menjadi lebih kuat.

Sumber : Infobank

05 Oktober 2011

Efek Kebangkrutan AS dan Yunani

Akibat jebakan krisis, rating utang AS anjlok menjadi AA+. Namun, Yunani lebih bangkrut lagi. Bagaimana imbasnya bagi perbankan Indonesia? Anjloknya ekonomi global akan mengurangi porsi investasi asing secara drastis. 

Melewati pertengahan 2011, kondisi perekonomian global kembali terlihat memasuki cuaca buruk. Awal Agustus suatu lembaga rating terkemuka, Standard & Poor (S&P), menurunkan rating Amerika Serikat (AS) dari AAA ke AA+. Ini adalah suatu pukulan telak, mengingat rating puncak AAA telah dipegang AS sejak 1941. Krisis fiskal dan prospek ekonomi yang negatif adalah argumen S&P untuk melakukan downgrade atas status kredit AS.

Di Eropa permasalahan krisis fiskal bahkan lebih parah. Secara teknis, sebenarnya Yunani telah bangkrut dan sepenuhnya tergantung pada bantuan dana dari International Monetary Fund (IMF) dan Uni Eropa. Bantuan dana juga diberikan kepada Portugal dan Irlandia yang tengah mendekati kondisi bangkrut. Kalangan analis memperkirakan, Spanyol dan Italia segera menyusul.

Kejatuhan posisi fiskal negara-negara di Eropa dan AS akan menimbulkan kerugian (capital loss) bagi banyak lembaga keuangan besar dunia. Dengan posisi modal yang belum pulih dari krisis global lalu, hal itu akan kian memperburuk fungsi intermediasi. Kerugian juga akan dialami sektor riil yang akan menurunkan keyakinan (optimisme) bisnis.

Indonesia tentu tidak dapat menghindar dari perkembangan ekonomi global yang negatif itu. Dampak perkembangan ekonomi global akan terjadi melalui jalur perdagangan, keuangan, dan psikologis. Daya tahan yang tinggi seperti ketika menghadapi krisis global pada 2008-2009 dapat saja terjadi, mengingat kontribusi sektor perdagangan hanya sebesar 10%-15% terhadap pembentukan output nasional. Kendati demikian, dampak tak langsung terhadap konsumsi dan investasi (yang mencakup 70% kontribusi output nasional) melalui jalur keuangan dan psikologis lebih penting untuk diperhatikan.

Anjloknya kondisi ekonomi global akan menyebabkan pengurangan porsi investasi asing secara drastis. Porsi dana asing yang masuk ke pasar keuangan (portfolio investment, dikenal juga sebagai hot money) mencapai US$15,2 miliar pada 2010 atau 50% dari saldo neraca pembayaran. Meski tahun ini kontribusi portfolio investment diperkirakan sedikit menurun, porsi terhadap surplus neraca pembayaran masih dominan.

Pengurangan porsi investasi asing dapat terjadi secara tiba-tiba (sudden reversal)—dalam kondisi ini rupiah berpotensi mengalami tekanan besar. Kendati demikian, cadangan devisa yang dimiliki, yakni sebesar +/- US$120 miliar, diperkirakan dapat mengimbangi risiko ini. Di samping itu, berbagai indikator kerentanan, seperti rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB), defisit fiskal, dan inflasi, berada dalam batas aman. Dengan demikian, potensi risiko dari sudden reversal dapat dikatakan cukup terkendali.
Pengawasan lebih ketat harus diberikan pada sektor keuangan, terutama perbankan. Berbeda dengan industri lain, menutup suatu bank bukan pekerjaan yang gampang, apalagi jika bank besar (memiliki risiko sistematis). Penutupan bank berpotensi menimbulkan dampak domino berupa persepsi negatif nasabah yang memicu penarikan dana besar-besaran dari sistem perbankan (bank rush).

Aspek terpenting yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan risiko. Pengalaman yang ada menunjukkan dua sumber utama kerentanan perbankan, yakni penurunan kualitas aktiva produktif dan kerugian portofolio dagang (trading book), terutama dari valuta asing dan surat berharga.
Potensi risiko dari anjloknya kualitas aktiva produktif harus dievaluasi melalui penggunaan instrumen stress test. Stress test adalah suatu simulasi dampak kondisi ekonomi-bisnis yang ekstrem terhadap neraca dan posisi laba rugi bank (Jones et al, 2004).

IMF telah melaksanakan pengujian ini pada September 2010 dengan skenario kontraksi ekonomi sebesar 5%, kenaikan BI Rate 10%, dan depresiasi 50%. Temuan yang diperoleh, di antaranya risiko kredit adalah ancaman terbesar, dalam hal ini non performing loan (NPL) dapat melesat ke kisaran 31,5% dan 1/3 bank dalam sampel diprediksi harus melakukan rekapitalisasi—karena capital adequacy ratio (CAR) turun di bawah 8%.

Kerugian portofolio perdagangan terjadi ketika bank memiliki eksposur yang signifikan pada wilayah ekonomi bermasalah serta posisi devisa neto (PDN) yang tidak netral. Permasalahan juga dapat timbul karena transaksi-transaksi canggih (financial engineering). Yang terakhir ini lebih sulit terdeteksi karena otoritas harus melakukan investigasi terhadap buku bank.

Faktor lain yang berpotensi menimbulkan masalah adalah likuiditas. Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang cenderung ekspansif—tercermin dari aturan giro wajib minimum (GWM) yang dikaitkan dengan loan to deposit ratio (LDR)—telah memberikan hasil. LDR telah meningkat dari 72,8% pada akhir 2009 menjadi 78,45% pada Mei 2011. Beberapa bank besar terlihat agresif mengejar target bebas penalti (LDR=78%). Bank Mandiri, misalnya, mengalami peningkatan LDR yang tajam, dari 65,4% menjadi 76,3% pada periode Desember 2010 ke Juni 2011.

Dalam kondisi likuiditas yang lebih ketat, dampak guncangan luar negeri akan lebih kuat karena transmisi pasar uang. Bank-bank akan secara agresif berburu dana yang berujung pada eksposur antarbank yang substansial dan biaya dana (cost of fund) yang tinggi. Yang terakhir ini akan menyebabkan suku bunga kredit makin tinggi.

Situasi yang lebih rumit terjadi ketika keputusan penutupan bank harus diambil saat terjadi krisis. Sebagai suatu bisnis dengan modal cekak, perbedaan antara situasi tidak likuid (illiquid) dan tidak sehat (insolvent) adalah tipis. Tak mudah membedakan kedua kondisi itu. Investigasi mendalam harus dilakukan.

Tentu saja aktivitas ini membutuhkan waktu yang “memadai”—sesuatu yang biasanya tidak tersedia dalam situasi krisis. Dengan demikian, pengambilan keputusan bailout memang dapat dikatakan sebagai suatu prosedur yang “cacat”, tapi harus ditempuh untuk mencegah dampak yang jauh lebih besar lagi, yakni hilangnya kepercayaan masyarakat serta kejatuhan perekonomian.
Dalam praktiknya, kebijakan bailout rawan akan moral hazard. Pemilik dan manajer bank memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelamatkan diri sendiri. Akibatnya, biaya bailout sering berakhir sebagai beban negara dan jumlahnya sangat substansial. Bailout (rekapitalisasi perbankan) Indonesia pada krisis 1998, misalnya, mencapai lebih dari Rp600 triliun dan biayanya masih dicicil hingga saat ini.

Melihat implikasi itu, jalan yang sebaiknya ditempuh adalah pengawasan yang melekat dan berkesinambungan terhadap perbankan, terutama mereka yang tergolong memiliki risiko sistemik. Sejalan dengan semangat Basel III, penekanan perlu diberikan pada ketersediaan modal, pengawasan yang efektif, dan transparansi informasi-disiplin pasar.


Sumber : Infobank

04 Oktober 2011

Bank Indonesia Terbitkan Kebijakan Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri

Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan lalu lintas devisa terkait dengan penerimaan devisa hasil ekspor (DHE) dan devisa penarikan utang luar negeri (DULN). Dengan kebijakan ini, eksportir diwajibkan menerima DHE melalui bank devisa di Indonesia. Demikian juga, debitur utang luar negeri diwajibkan menarik DULN melalui bank devisa di Indonesia. Sesuai dengan UU No. 24 tahun 1999 mengenai Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar, kebijakan ini tidak mewajibkan eksportir dan debitur untuk berapa lama menyimpan DHE dan DULN tersebut di perbankan dalam negeri dan/atau mengkonversikannya ke mata uang Rupiah.

Kebijakan ini sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia di dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat stabilitas makroekonomi khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah. “Kebijakan ini diyakini dapat meningkatkan kesinambungan pasokan devisa ke pasar valas domestik, sehingga ketergantungan terhadap dana jangka pendek yang bersifat spekulatif (hot money) berkurang dan nilai tukar Rupiah akan lebih stabil”, demikian ditegaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution. Semakin besarnya devisa yang masuk ke dalam negeri juga akan menjadi sumber dana bagi pembiayaan berbagai aktivitas ekonomi dan peningkatan kegiatan usaha perbankan nasional. Selain itu, kebijakan ini juga ditujukan untuk meningkatkan kualitas statistik ekspor, impor, utang luar negeri, neraca pembayaran (balance of payment) dan monitoring devisa sehingga mendukung kebijakan moneter maupun kebijakan perpajakan dan kepabeanan.

Kebijakan ini mulai berlaku sejak tanggal 2 Januari 2012. Pada prinsipnya, semua DHE wajib diterima bank domestik paling lambat 3 bulan setelah tanggal ekspor sesuai di dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Untuk tahun 2012 (masa transisi), DHE paling lambat diterima 6 bulan setelah tanggal PEB. Bagi eksportir yang sudah memperjanjikan penerimaan DHE tidak melalui bank domestik, diberikan masa transisi 1 tahun hingga 31 Desember 2012. Sementara itu, DULN yang wajib ditarik melalui bank devisa di Indonesia adalah devisa utang luar negeri yang ditarik secara cash/tunai, berupa non revolving loan agreement dan surat – surat berharga utang (debt securities). Penarikan DULN yang berasal dari perjanjian ULN yang ditandatangani sebelum berlakunya kebijakan ini tidak wajib dilakukan melalui bank devisa di domestik.

Kebijakan tersebut secara rinci diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/20/PBI/2011 tanggal 30 September 2011 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri. Bersamaan dengan itu, telah disesuaikan pula peraturan mengenai Pemantauan Lalu Lintas Devisa Bank dalam PBI No.13/21/PBI/2011 tanggal 30 September 2011 dan peraturan mengenai Kewajiban Pelaporan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri dalam PBI No.13/22/PBI/2011 tanggal 30 September 2011. Ketiga peraturan tersebut bersama dengan ringkasan dan tanya-jawab mengenai pokok-pokok kebijakan DHE dan DULN ini dapat diakses melalui website Bank Indonesia.

10 September 2011

BI Rate Tetap 6,75%, Batas Bawah Koridor Suku Bunga Operasi Moneter Diperlebar Menjadi 150 bps

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini, Bank Indonesia memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150 bps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut. 

Dewan Gubernur menilai bahwa sejauh ini kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapai 6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi. Ekspor diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi sejalan dengan prakiraan masih tingginya realisasi perdagangan dunia serta harga komoditas internasional. Namun selanjutnya pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi global diprakirakan akan mulai terasa pada kinerja ekspor Indonesia. Di sisi lain, konsumsi masih tetap kuat sejalan dengan optimisme konsumen dan prakiraan peningkatan belanja Pemerintah sebagaimana pola historisnya. Sementara itu, kegiatan investasi juga meningkat, didukung oleh perkembangan proyek infrastruktur dan kebijakan Pemerintah mendukung investasi. Secara sektoral, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi masih berasal dari sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor transportasi & komunikasi, dan sektor industri.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakan mengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Impor diperkirakan akan terus terakselerasi seiring dengan kegiatan ekonomi domestik yang meningkat, sehingga tekanan terhadap transaksi berjalan cenderung meningkat. Namun, hal tersebut masih dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial, meskipun sempat mengalami tekanan akibat perkembangan situasi global. Sejalan dengan itu, cadangan devisa pada akhir Agustus 2011 tercatat sebesar 124,6 miliar dolar AS, atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatas. Pada bulan Agustus 2011, nilai tukar Rupiah secara rata-rata menguat tipis 0,05% ke level Rp 8.525 per dolar AS dengan volatilitas yang menurun, meskipun sempat tertekan oleh faktor sentimen global terkait kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS dan Eropa. Penguatan Rupiah masih ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat dan imbal hasil yang menarik. Bank Indonesia terus memonitor perkembangan nilai tukar Rupiah dan memastikan kecukupan likuiditas Rupiah dan valas yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan pasar domestik. 

07 September 2011

BI: Bank Bisa Blokir Rekening Penipu

Ketua Tim Mediasi Bank Indonesia, Sondang Martha Samosir, menegaskan bahwa bank memiliki cara untuk memininalisir tindak kejahatan yang mengunakan modus penipuan rekening perbankan. Bank bisa menutup atau membekukan sementara rekening pelaku penipuan.

"Sudah ada terobosan hukum untuk dapat melakukan pengecekan rekening si penipu, pengembalian dana kepada nasabah, pembekuan rekening sementara hingga penutupan rekening" . Terobosan baru ini dikenal dengan nama  Bye Laws penanganan transaksi terhadap rekening simpanan nasabah yang menggunakan identitas tidak benar. Saat ini menjadi Standar Operating Procedure (SOP) bank untuk mengantisipasi penipuan rekening melalui transfer dana kepada nasabah.

"Melalui bye laws ini, diharapkan antara bank yang satu dengan bank lain bisa melakukan pengecekan langsung dan melakukan pembekuan transaksi sementara bagi rekening si penipu sehingga dananya tidak bisa keluar ataupun masuk ketika nasabah sudah mentransfer,"

BISNIS EMAS

Dalam dekade 1930-an yang dikenal sebagai masa kelam ekonomi dunia. Great American Despression. Coba lihat film “Cinderella Man”, film layar lebar yang menceritakan seorang juara dunia tinju berat ringan yang untuk makan saja terpaksa harus mengantri. Sungguh kondisi ekonomi yang parah. Kondisi ini masih diperparah dengan adanya perang dunia I sehingga banyak orang rela untuk berperang daripada bekerja.

Untuk mengatasi kekelaman ekonomi dikala itu, maka dibuat dan ditandatanganilah perjanjian Bretton Woods sesuai nama hotel tempat perjanjian tersebut ditanda-tangani.. Salah satu isi dari perjanjian tersebut ialah membatasi percetakan atau pembuatan mata uang, bila tanpa disertai cadangan emas yang cukup bagi negara yang bersangkutan. Walaupun pada akhirnya perjanjian ini dibatalkan oleh Amerika di tahun 1971, namun satu kesimpulan yang diperoleh adalah “The Mother of all money is GOLD”. ( Induk dari semua mata uang adalah emas ). Hal ini lah yang menjadikan pentingnya emas dalam dunia perekonomian modern, pasca Great American Despression.
bisnis emas Bisnis Emas

EMAS VS PERANG

Ada satu kelakuan emas yang hampir selalu terjadi. Setiap ada ketidak pastian di bidang ekonomi, maka harga emas akan selalu meroket. Fakta sebaliknya, setiap ada kepastian (baca: kondisi perekonomian yang terus meningkat) maka harga emas akan menurun. Dengan demikian, setiap kali terjadi perang atau ancaman perang, maka harga emas akan meroket. Bicara perang disini bukan hanya tentang senjata dan peluru tetapi juga ketidak pastian di bidang ekonomi. Bila kita runut maka menjelang perang teluk di bulan Agustus 1990 dapat disaksikan harga emas mencapai titik tertinggi di level 415US$/Troy Ounce. Ditahun 2008, ketika mulai terjadi perang terhadap krisis Subprime Mortgage, maka emas juga mulai meroket dan tembus hingga level 1000US$/Troy Ounce ke atas. Kondisi ketidak pastian ini terus berlanjut sampai sekarang.

EMAS VS KAMBING

Secara intelektual sudah dibahas tentang emas. Mari simak analisa berikut. Ada satu indikator yang cukup luar biasa tentang emas yaitu cukup bandingkan emas dengan harga kambing.. Semenjak di jaman Nabi Muhammad, harga 1 ekor kambing setara dengan 3 gram emas. Bila emas saat ini berada di 1150US$/TO dan 1US$ = Rp.9450,- maka 1 gram emas setara dengan Rp.350.000,-. Dan berdasarkan info terakhir sesudah hari raya kurban harga kambing saat ini sekitar Rp.800.000,-. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh 1 ekor kambing dibutuhkan cuma 2 gram lebih emas. Inipun artinya harga emas masih terlalu tinggi bila dibandingkan harga kambing.

06 September 2011

Tabungan Emas


Menabung dalam bentuk dana tunai atau uang adalah hal yang biasa. Kini bank berlomba untuk menerbitkan tabungan dalam bentuk investasi emas. Dan penabung pun nantinya bisa mendapatkan emas 24 karat dari hasil tabungan emas nya. Pada awalnya tabungan emas ini dipelolori oleh Bank HSBC Syariah, namun sekarang Bank Syariah Mandiri (BSM) pun tak mau ketinggalan dengan menerbitkan tabungan investasi emas yang menggunakan portofolio emas 24 karat.

05 September 2011

Pemerintah Bakal Tambah utang Rp 191,4 Triliun di 2012


Tahun depan, pemerintah Indonesia berencana mencari utang Rp 191,4 triliun untuk membiayai anggaran yang rencananya bakal defisit sebesar Rp 125,6 triliun. Demikian terungkap dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2012 yang dikutip. Dikatakan penarikan/penerbitan utang tersebut akan dipenuhi melalui penerbitan surat utang neto Rp 134,6 triliun, penarikan pinjaman proyek Rp 39,1 triliun, penarikan pinjaman program Rp 16,9 triliun, dan penarikan pinjaman dalam negeri neto Rp 860 miliar.

Pemenuhan kebutuhan pembiayaan melalui utang akan dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan berbagai faktor diantaranya biaya dan risiko utang, perkembangan
kondisi pasar keuangan, kapasitas daya serap pasar SBN, country ceiling/single country limit masing-masing lender, dan kebutuhan kas negara. Adapun kebijakan pembiayaan melalui utang di 2012 yang akan ditempuh adalah:

  • Mengutamakan sumber utang dari dalam negeri melalui penerbitan SBN rupiah;
  • Menarik pinjaman luar negeri yang tidak mengandung ikatan politik dan memiliki terms and conditions yang dapat diterima;
  • Menggunakan pinjaman luar negeri terutama untuk pembiayaan proyek investasi;
  • Menggunakan penerusan pinjaman kepada BUMN dan Pemda untuk mendukung pembangunan infrastruktur terutama terkait dengan energi, fasilitas pembiayaan infrastruktur, pelabuhan, air minum, dan penanggulangan banjir;
  • Melakukan pengelolaan risiko utang (refinancing, tingkat bunga, dan nilai tukar);
  • Melakukan pendalaman pasar SBN domestik untuk memperkuat basis investor lokal dan mengurangi ketergantungan pada sumber utang luar negeri.

Di 2012 pinjaman luar negeri neto ditetapkan sebesar negatif Rp 292,3 miliar yang terdiri dari penarikan pinjaman bruto sebesar Rp 56 triliun, dan pembayaran jatuh tempo pinjaman luar negeri sebesar Rp 47,3 triliun.

Penarikan pinjaman luar negeri terdiri dari pinjaman proyek sebesar Rp 39,1 triliun yang didalamnya termasuk penerusan pinjaman sebesar Rp 9 triliun dan pinjaman program sebesar Rp 16,9 triliun. Pemenuhan pinjaman program di 2012 diharapkan akan bersumber dari World Bank, ADB, dan JICA.

Krisis Global dan Daya Tahan Perbankan

DPR perlu segera mengesahkan undang-undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) sebagai payung jika terjadi krisis. Jangan sampai masalah politik antara kubu koalisi dan oposisi di dalam negeri menciptakan kecemasan yang bisa memicu ketidakstabilan. 

Penurunan rating Amerika Serikat dari AAA+ menjadi AA+, dari predikat sangat aman menjadi aman, oleh perusahaan rating Standard & Poor’s (S&P) telah mengguncang dunia. Penurunan rating ini merupakan yang pertama sepanjang sejarah AS. Para investor kalang kabut. China meriang karena cadangan devisanya banyak tersimpan dalam surat utang pemerintah AS.

Kondisi yang tak jauh berbeda terjadi di Kawasan Eropa. Italia dan Spanyol diperkirakan menyusul Yunani yang lebih awal masuk kubangan krisis. Kawasan Eropa telah mengekspor kecemasan ke berbagai pelosok dunia mengiringi AS yang utangnya juga sudah melewati produk domestik bruto (PDB) dengan beban utang US$14,58 triliun.

Kepanikan atas penurunan rating AS menjalar ke seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan besar di AS lebih suka memegang uang tunai lebih banyak dibandingkan dengan membeli surat utang pemerintah AS sebagaimana selama ini dilakukan. Trauma kejatuhan Lehman Brothers pada 2008 telah menghantui sejumlah korporasi besar. Sebut saja Apple, Microsoft, Cisco, Pfizer, dan Google.

Cash is the king. Itulah yang dianut perusahaan-perusahaan besar dalam mengantisipasi penurunan rating pemerintah AS. Langkah ini pun telah memicu sejumlah bank di Eropa kesulitan memperoleh akses dana. Adanya rumor tentang kebangkrutan bank yang terus berembus seperti memutar ulang tragedi Lehman Brothers. Pinjaman antarbank di Eropa juga sedang dilanda distrust.

Apakah krisis akan datang ke perbankan Indonesia? Tak ada seorang pun yang dapat memastikan krisis tidak datang atau krisis akan datang. Jika melihat rasio utang pemerintah terhadap PDB, angkanya memang masih kecil, masih 26%. Itu artinya dari sisi ketahanan pinjaman Indonesia masih cukup aman dibandingkan dengan Italia, Spanyol, Portugal, dan bahkan AS sendiri.

Dari sisi tersebut seharusnya Indonesia aman, apalagi ekonomi Indonesia tidak tergantung pada pasar luar negeri karena ekspor Indonesia juga masih 29% dari PDB. Lagi pula, Indonesia banyak melakukan ekspor barang komoditas yang selalu dibutuhkan pasar Eropa dan AS. Setidaknya daya tahan ini menjadi satu modal penting agar pasar tidak bergerak negatif, kendati kondisi AS dan Eropa dapat dipastikan merusak ukuran-ukuran makro-ekonomi.

04 September 2011

BI Tetap Nilai Kredit Sektor Properti Berpotensi Bubble


Dengan kondisi tertentu, kucuran kredit konsumsi di salah satu sektor bisa menimbulkan kejenuhan (bubble) ekonomi. Dari semua sektor, manakah yang dianggap Bank Indonesia (BI) paling berbahaya, dan dalam konsisi seperti apakah bubble ekonomi bisa terjadi ?
Bank Indonesia (BI) menilai kucuran, kredit di sektor properti tetap berpotensi terjadi bubble (kejenuhan) ekonomi, bila mayoritas kredit digunakan masyarakat untuk berinvestasi yang sifatnya spekulasi.
“Itu (kredit konsumsi) kita lihat detilnya konsumsi ke mana, kan tidak semua membhayakan. Itu yang paling membahayakan kalau terjadi spekulasi di sektor properti,” tukas Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Wimboh A. Santoso. Saat ini bank sentral belum bisa memastikan ada atau tidaknya bubble di sektor perumahan. Namun, dengan kenyataan kebutuhan perumahan di Indonesia sangatlah besar, diharapkan tidak akan digunakan masyarakat untuk melakukan spekulasi.
“Apalagi kan jumlah penduduk Indonesia banyak, jadi secara riil kebutuhan perumahannya banyak. Nah, kecuali kalau nanti jumlah rumah yang spekulasi untuk simpen saja, itu juga menimbulkan tidak ada multi player efek-nya,” ujar Wimboh.

BI mencatat, selama 2011 sampai Juni (year to date), kucuran kredit konsumsi mencapai Rp66,3 triliun, yang terbagi atas kredit properti mencapai Rp17,9 triliun, kredit kendaraan bermotor Rp12,6 triliun, kredit multiguna Rp14,5 triliun dan kredit bukan lapangan usaha lainnya (termasuk di dalamnya kartu kredit) mencapai Rp21,3 triliun.
“Jadi perumahan itu sebenarnya lebih banyak didominasi yang tipenya di bawah tipe 70 (luas 70 meter persegi), jadi 45% kredit yang di bawah tipe 70, untuk pengadaan apartemen-apartemen di kota-kota besar, lebih banyak yang di bawah tipe 70, karena pemerintah juga ikut mendorong lewat program-program rumah murah.

03 September 2011

Pengaruh Kenaikan Harga Emas Terhadap Inflasi Masih Kecil

Dalam sejarahnya, indikator yang paling memengaruhi inflasi di Tanah Air adalah bahan makanan. Namun, di luar itu ada juga indikator lain, seperti emas, yang belakangan ini harganya terus melambung. Seberapa besarkah emas memengaruhi inflasi ?

Pengaruh kenaikan harga emas terhadapi tingkat inflasi di Indonesia tidak besar, sangat jauh bila dibanding dengan bobot makanan, yang dampaknya demikian terasa kala tahun lalu pemerintah kesulitan menjaga pasokan bahan pokok.

“Dalam hitungan index CPI (consumer price index), bobot emas kecil, yang paling besar itu kan makanan, sekitar 20%. jadi dampak kenaikan harga emas terhadap inflasi di Indonesia relatif kecil,” tutur Pengamat Ekonomi Standard Chartered Fauzi Ichsan. Menurutnya, kendati kenaikan harga emas sangat tajam, hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Selama Agustus, lanjutnya, emas mengalami overbought (kelebihan pembelian), sementara bursa saham oversold (kelebihan penjualan), sehingga dalam waktu dekat akan terjadi koreksi.“Akan ada koreksi. Akan ada titik equilibrium (keseimbangan) baru di mana harga emas akan melemah kembali, sementara harga bursa saham akan seimbang,” tandasnya.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, inflasi Indonesia tahun ini benar-benar akibat pengaruh dari beberapa komoditas, utamanya bahan pangan, adapun di luar komoditas yang memengaruhi adalah emas, namun tidak besar.“Inflasi bulan Agustus 0,8%, lebih kuat karena memang menjelang lebaran. Tetapi kita melihat inflasi sampai akhir tahun akan menurun.

01 September 2011

BANK PALING AMAN DI ASIA PADA TAHUN 2011

Majalah Global Finance (GFmag.com) menetapkan 10 Bank Paling Aman di Asia di Tahun 2011, berdasarkan dalam survei eksklusif  melalui evaluasi jangka panjang peringkat kredit-dari Moody `s, Standard & Poor dan Fitch-aset dan total.  Berikut Bank teraman di Asia tahun 2011 versi Majalah Global Finance :
  1.  Bank DBS (Singapura)
  2. Oversea-Chinese Banking Corporation (Singapura)
  3.  United Overseas Bank (Singapura)
  4.  China Development Bank (Cina)
  5.   Agricultural Development Bank of China (Cina)
  6.  Shizuoka Bank (Jepang)
  7. Bank of Tokyo - Mitsubishi UFJ (Jepang)
  8. Sumitomo Mitsui Banking Corporation (Jepang)
  9. Shinkin Bank Sentral (Jepang)
  10. Bank Taiwan (Taiwan)

31 Agustus 2011

ANCAMAN BLACK HOLE PEREKONOMIAN DUNIA

Perekonomian Amerika Serikat (AS) memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti setelah didera depresi ekonomi pada 2008. Hal ini dapat terlihat dari masih berjalannya perusahaan perusahaan raksasa dunia di AS seperti Apple, Wall Mart, dan lainnya.

Namun, perlambatan kepulihan ekonomi mulai memperlihatkan tanda-tanda dini yang semula tak terduga. Adanya Tea Party dan sabotase partai Republik ternyata menjadi hambatan utama pemulihan perekonomian AS. Keputusan Standard and Poor dalam menurunkan peringkat AS merupakan keputusan yang tidak profesional di mana perhitungan mereka keliru sebesar USD2 triliun.

Jelas bahwa Standard and Poor telah memasuki ranah politik yang mencoba memancing dalam air keruh. Dunia tidak melupakan dosa Standard and Poor dalam menciptakan hampir semua krisis ekonomi baik nasional, regional, dan dunia. Krisis ekonomi Asia pada 1997 yang lalu juga merupakan dosa dari Standard and Poor.
Begitu pula dengan krisis pada 2008 di AS. Standard and Poor telah melakukan tindakan tercela yang tidak memberikan rating sesuai dengan kepantasan yang ada. Standard and Poor tampaknya mencoba membuat black hole dalam perekonomian dunia sehingga hedge fund memiliki kesempatan untuk melakukan aksi ambil untung termasuk dalam posisi short.

Jika mencermati pidato Obama, sangat mungkin Standard and Poor telah disetir oleh kekuatan tertentu dalam partai Republik. Dengan demikian, pembangunan ekonomi di AS telah terperangkap oleh perang dengan musuh di dalam selimut mereka sendiri. Demokrasi yang seharusnya menjadi alat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan telah gagal mencapai misinya.

Demokrasi justru menjadi gridlock bagi pembangunan itu sendiri. Keinginan kubu partai Republik untuk memberikan batasan utang bagi anggaran belanja AS telah membuat perekonomian AS semakin menghadapi pertumbuhan ekonomi yang semakin memburuk.

Dengan kata lain, kubu ini mempertahankan kebijakan ekonomi yang prosiklis (procylical) seperti juga yang dijalankan IMF dan Bank Dunia. Kebijakan ekonomi yang prosiklis juga membuat perekonomian Eropa semakin terbelit oleh produktivitas yang rendah, bahkan Inggris kini memasuki kerusuhan sosial yang terus semakin buruk.

Di sinilah juga penekanan sama yang hendak dilakukan partai Republik di AS yang ujungnya sebetulnya sangat sederhana yaitu tidak menginginkan Obama kembali menjadi presiden AS untuk kedua kalinya. Tanpa intervensi seperti itu, sebetulnya Obama sudah mengalami hambatan yang sangat besar akibat krisis ekonomi pada 2008.

Produktivitas perekonomian AS masih lemah begitu pula dengan unit labour cost yang juga semakin mahal. Untuk itulah, Ben Bernanke menjamin bahwa tingkat suku bunga akan berada pada level nol persen hingga 2013.

30 Agustus 2011

CARA AMAN BERTRANSAKSI KARTU KREDIT

Pengguna kartu kredit sejatinya tidak perlu takut dengan debt collector. Yang perlu diantisipasi adalah agar kartu kredit tersebu jangan sampai terkena maling pembobol kartu kredit. Bagaimana caranya ?  

Kejahatan kartu kredit makin hari makin canggih. Makanya, pemilik kartu harus ekstra hati-hati. Menurut Dewan Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Dodit W. Prabojakti, ada beberapa tips bagi pengguna kartu kredit untuk menghindari penyalahgunaan kartu kredit.
  • Kartu kredit dan dokumen terkait harus selalu dalam pengawasan pemegang kartu. Artinya, bila kartu hilang, harus segera dilaporkan ke bank yang bersangkutan agar pemblokirannya cepat.
  •  Kalau  bertransaksi via internet, carilah tempat yang aman. ”Jangan di tempat umum yang gampang disadap, baik itu nomor kartu maupun apa pun.
  •  Bila menginginkan belanja lewat fasilitas online shopping, carilah provider yang bereputasi baik. “Jangan memberikan nomor kartu dan expired-nya. Karena, merchant tertentu, dengan consumer memberikan nomor kartu yang 16 digit dan masa expired itu, sudah berhak mendebit
  • Kalau bank penerbit menelepon dan menanyakan transaksi terakhir, jawablah secara jujur. Sebab, bisa jadi, ada kejanggalan transaksi di kartu Anda. Itu kalau ingin kartu kredit Anda aman alias tidak dibobol. 
sumber : Infobank

29 Agustus 2011

50 BANK PALING AMAN DIDUNIA TAHUN 2011

Global Finance menetapkan 50 Bank Paling Aman di Dunia tahun 2011, Bank yang Aman tersebut dipilih melalui evaluasi jangka panjang dengan memperhitungkan peringkat kredit-dari Moody `s, Standard & Poor, Asset serta  standar lainnya yang diakui dan terpercaya serta kredibilitas terhadap dunia keuangan secara keseluruhan. Berikut 50 Bank Paling Aman di Dunia Tahun 2011 versi Global Finance :

1.      KfW  (Jerman)
2.      Caisse des Dépôts et Consignations (CDC) (Prancis)
3.      Bank Nederlandse Gemeenten (BNG) (Belanda)
4.      Zürcher Kantonalbank (Swiss)
5.      Landwirtschaftliche Rentenbank (Jerman)
6.      Rabobank Group(Belanda)
7.      Landeskreditbank Baden-Württemberg (Jerman)
Nederlandse Waterschapsbank (Belanda)
8.      Banque et Caisse d'Épargne de l'État Banque et (Luksemburg)
9.      NRW.Bank (Jerman)
10.  Banco Santander (Spanyol)
11.  Royal Bank of Canada (Kanada)
12.  National Australia Bank Limited (Australia)
Commonwealth Bank of Australia (Australia)
13.  Toronto-Dominion Bank (TD Bank) (Kanada)
14.  Westpac Banking Corporation  (Australia)
15.  BNP Paribas
16.  HSBC Holdings (Inggris)
17.  Banco Bilbao Vizcaya Argentaria (BBVA) (Spanyol)
18.  Scotiabank (Bank of Nova Scotia) (Kanada)
Australia and New Zealand Banking Group Australia (Australia)
19.  DBS Bank (Singapura)
20.  Caisse centrale Desjardins (Kanada)
21.  Crédit Agricole (Prancis)
22.  Nordea Bank (Swedia)
23.  Svenska Handelsbanken (Swedia
24.  BNY Mellon (Amerika Serikat)
25.  Oversea-Chinese Banking Corporation Oversea (Singapura)
26.  United Overseas Bank (Singapura)
27.  Crédit Lyonnais Crédit Lyonnais  (Prancis)
28.  Pohjola Bank (Finlandia)
29.  Credit Suisse Group (Swiss)
30.  BMO Financial Group (Kanada)
31.  Cassa Depositi e Prestiti (Italia)
CIBC  (Kanada)
32.  Banco Español de Crédito (Banesto) (Spanyol)
33.  Deutsche Bank(Jerman)
34.  JPMorgan Chase (Amerika Serikat)
35.  Société Générale (Prancis)
36.  Wells Fargo (Amerika Serikat)
37.  Intesa Sanpaolo (Italia)
38.  China Development Bank (Cina)
39.  Banque Fédérative du Crédit Mutuel (BFCM) (Prancis)
Landesbank Baden-Württemberg (Jerman)
40.  US Bancorp US (Amerika Serikat)
41.  Nationwide Building Society (Inggris)
42.  Agricultural Development Bank of China (Cina)
43.  Shizuoka Bank (Jepang)
44.  Northern Trust Corporation(Amerika Serikat)
45.  CoBank, ACB(Amerika Serikat)
46.  National Bank of Abu Dhabi (Uni Emirat Arab)
47.  National Bank of Kuwait (Kuwait)
48.  Pictet & Cie (Swiss)
49.  Barclays Group (Inggris)
50.  Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Bank of Tokyo-(Jepang)

Beberapa Bank memiliki peringkat yang sama,dikarenakan memiliki nilai rating yang sama