15 Februari 2013

BI Rate Tetap 5,75%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Februari 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian Indonesia masih menunjukkan kinerja yang kuat, namun tetap mewaspadai masih tingginya tekanan terhadap keseimbangan eksternal sejalan dengan masih kuatnya impor di tengah pelemahan ekonomi global. Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong penyesuaian keseimbangan eksternal sehingga defisit transaksi berjalan berada pada tingkat yang sustainable. Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya dan mendorong terciptanya pasar valas yang lebih efisien. Selain itu, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik, dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Perekonomian Indonesia tumbuh cukup kuat ditopang permintaan domestik, meskipun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya.
 Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2012 mencapai 6,11%, sementara untuk keseluruhan tahun 2012 mencapai 6,23%. Konsumsi dan investasi pada triwulan IV-2012 masih tumbuh cukup kuat, meskipun sedikit termoderasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, ekspor mulai membaik seiring dengan membaiknya perekonomian di beberapa negara mitra dagang utama seperti China. Namun, pertumbuhan impor masih cukup tinggi seiring dengan kuatnya permintaan domestik. Pada triwulan I-2013, pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 6,2%, terutama ditopang permintaan domestik. Untuk keseluruhan tahun 2013, setelah memperhitungkan aktivitas ekonomi pada triwulan III dan IV-2013 termasuk pengeluaran untuk persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) maka pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan mencapai kisaran 6,3%-6,8%. 

Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2012 membaik tercermin dari meningkatnya surplus meskipun defisit transaksi berjalan lebih tinggi dari prakiraan semula. Perbaikan NPI tersebut terutama disebabkan oleh kinerja transaksi modal dan finansial yang didukung oleh likuiditas pasar keuangan global. Sementara itu, meningkatnya defisit transaksi berjalan terjadi terutama akibat menurunnya surplus neraca perdagangan non-migas dan meningkatnya defisit neraca perdagangan migas. Ke depan, transaksi berjalan pada triwulan I-2013 diprakirakan mengalami perbaikan, terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama seperti China dan AS. Cadangan devisa sampai dengan akhir Januari 2013 mencapai 108,78 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional. 


Pada bulan Januari 2013, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 0,22% (mtm) ke level Rp9.654 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian. Selain itu, Bank Indonesia akan mendorong pembentukan referensi nilai tukar Rupiah di pasar spot domestik. Adanya referensi ini diharapkan dapat mendorong likuiditas dan efisiensi pasar valas sehingga memperdalam pasar keuangan domestik. 

Inflasi IHK pada Januari 2013 meningkat, namun diprakirakan akan tetap terkendali pada kisaran sasarannya. Inflasi IHK Januari mencapai 1,03% (mtm) atau 4,57% (yoy) akibat tingginya curah hujan yang menimbulkan gangguan distribusi dan produksi. Pasokan yang terganggu mendorong inflasi bahan pangan (volatile food) meningkat cukup tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, inflasi inti masih tetap stabil (4,32%, yoy) didukung ekspektasi inflasi yang relatif terkendali, terkelolanya permintaan yang masih sesuai dengan kapasitas produksi, serta terjaganya nilai tukar Rupiah. Ke depan, terdapat sejumlah faktor risiko yang perlu dicermati yang dapat meningkatkan tekanan inflasi, antara lain faktor cuaca yang dapat mengganggu produksi dan distribusi pangan dan kenaikan beberapa administered prices

Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik.
Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Desember 2012 mencapai 23,1% (yoy), meningkat dari 22,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Kredit modal kerja tumbuh cukup tinggi sebesar 23,2% (yoy) dan kredit investasi tumbuh stabil pada level yang tinggi sebesar 27,4% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional. Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh sebesar 20,0% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional.

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.