Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Februari 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%.
Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi
yang terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014,
sebesar 4,5% ± 1%. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian Indonesia
masih menunjukkan kinerja yang kuat, namun tetap mewaspadai masih
tingginya tekanan terhadap keseimbangan eksternal sejalan dengan masih
kuatnya impor di tengah pelemahan ekonomi global. Ke depan, Bank
Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong penyesuaian
keseimbangan eksternal sehingga defisit transaksi berjalan berada pada
tingkat yang sustainable. Bank Indonesia akan tetap menjaga
stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya dan mendorong
terciptanya pasar valas yang lebih efisien. Selain itu, Bank Indonesia
akan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mengelola
permintaan domestik, dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan
kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
Perekonomian Indonesia tumbuh cukup kuat ditopang permintaan domestik, meskipun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2012 mencapai 6,11%, sementara untuk
keseluruhan tahun 2012 mencapai 6,23%. Konsumsi dan investasi pada
triwulan IV-2012 masih tumbuh cukup kuat, meskipun sedikit termoderasi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, ekspor mulai membaik
seiring dengan membaiknya perekonomian di beberapa negara mitra dagang
utama seperti China. Namun, pertumbuhan impor masih cukup tinggi seiring
dengan kuatnya permintaan domestik. Pada triwulan I-2013, pertumbuhan
ekonomi diprakirakan mencapai 6,2%, terutama ditopang permintaan
domestik. Untuk keseluruhan tahun 2013, setelah memperhitungkan
aktivitas ekonomi pada triwulan III dan IV-2013 termasuk pengeluaran
untuk persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) maka pertumbuhan ekonomi
diprakirakan akan mencapai kisaran 6,3%-6,8%.
Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI) pada triwulan IV-2012 membaik tercermin dari meningkatnya surplus
meskipun defisit transaksi berjalan lebih tinggi dari prakiraan semula.
Perbaikan NPI tersebut terutama disebabkan oleh kinerja transaksi modal
dan finansial yang didukung oleh likuiditas pasar keuangan global.
Sementara itu, meningkatnya defisit transaksi berjalan terjadi terutama
akibat menurunnya surplus neraca perdagangan non-migas dan meningkatnya
defisit neraca perdagangan migas. Ke depan, transaksi berjalan pada
triwulan I-2013 diprakirakan mengalami perbaikan, terutama disebabkan
oleh membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi
negara-negara mitra dagang utama seperti China dan AS. Cadangan devisa
sampai dengan akhir Januari 2013 mencapai 108,78 miliar dolar AS atau
setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional.
Pada bulan Januari 2013, rupiah secara
rata-rata melemah sebesar 0,22% (mtm) ke level Rp9.654 per dolar AS
dengan volatilitas yang tetap terjaga. Ke depan, Bank Indonesia terus
menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental
perekonomian. Selain itu, Bank Indonesia akan mendorong pembentukan
referensi nilai tukar Rupiah di pasar spot domestik. Adanya referensi
ini diharapkan dapat mendorong likuiditas dan efisiensi pasar valas
sehingga memperdalam pasar keuangan domestik.
Inflasi IHK pada Januari 2013 meningkat, namun diprakirakan akan tetap terkendali pada kisaran sasarannya.
Inflasi IHK Januari mencapai 1,03% (mtm) atau 4,57% (yoy) akibat
tingginya curah hujan yang menimbulkan gangguan distribusi dan produksi.
Pasokan yang terganggu mendorong inflasi bahan pangan (volatile food)
meningkat cukup tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu,
inflasi inti masih tetap stabil (4,32%, yoy) didukung ekspektasi inflasi
yang relatif terkendali, terkelolanya permintaan yang masih sesuai
dengan kapasitas produksi, serta terjaganya nilai tukar Rupiah. Ke
depan, terdapat sejumlah faktor risiko yang perlu dicermati yang dapat
meningkatkan tekanan inflasi, antara lain faktor cuaca yang dapat
mengganggu produksi dan distribusi pangan dan kenaikan beberapa administered prices.
Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik.
Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross
di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Desember
2012 mencapai 23,1% (yoy), meningkat dari 22,3% (yoy) pada bulan
sebelumnya. Kredit modal kerja tumbuh cukup tinggi sebesar 23,2% (yoy)
dan kredit investasi tumbuh stabil pada level yang tinggi sebesar 27,4%
(yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian
nasional. Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh sebesar 20,0% (yoy). Ke
depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap
terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat seiring
dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.