23 Februari 2011

BI Terapkan “Kanalisasi Hot Money”

Lewat pengadaan SBI bertenor 9 bulan dan penerapan one month holding period, bersama dengan SUN dan pasar saham, diharapkan NI dapat memecah capital inflow ke berbagai instrumen yang lebih panjang untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembalikan (sudden reversal) inflow. 

Upaya memecah derasnya aliran modal masuk (capital inflow), Bank Indonesia (BI) akan menerapkan “kanalisasi hot money”. Hal tersebut diungkapkan Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah, kepada wartawan melalui surat elektronik di Jakarta, Kamis, 10 Februari 2011. “Salah satu istilah yang tepat untuk menggambarkan upaya BI terakhir yang hanya fokus pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka panjang yakni 9 bulan, adalah dalam upaya ‘kanalisasi hot money’,” tukasnya.

Ia menjelaskan, maksudnya kanalisasi disini adalah memecah derasnya capital inflows menjadi aliran-aliran kecil. Untuk itu dibutuhkan outlet untuk menampung aliran-aliran tersebut. Outlet-outlet tersebut antara lain, untuk dana portfolio, outlet tersebut sebagian besar masuk ke Surat Utang Negara (SUN), pasar saham dan pasar sekunder SBI. Dalam ketiga outlet ini aliran dana portfolio ini saling mensubstitusi tergantung alokasi portfolio dan return (yield) yang diharapkan.

“Ketiga outlet ini menyediakan supply instrumen yang dibutuhkan oleh investor yang hampir semuanya berjangka panjang dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder yang juga likuid,” tandas Difi.
Ia menambahkan, selama antar ketiga outlet ini saling substitusi (switching) maka tekanan terhadap nilai tukar akan minimal karena transaksi adalah antar rupiah. Tekanan baru terjadi kalau investor meninggalkan ketiga outlet tersebut dan konversi ke dolar dari rupiah.
Namun, sebelum terjadi tekanan ke dolar, potensi tekanan tersebut dapat dilihat BI dari akumulasi dan posisi dana asing di rekening vostro bank, yakni kewajiban jangka pendek bank terhadap asing yang tidak ada underlyingnya.

“Vostro menggambarkan dana asing yang ‘idle’ di  bank untuk menunggu ditempatkan di pasar uang dan modal. Disinilah letak fungsi pemantauan dan regulasi rekening vostro oleh BI dalam kaitan ‘kanalisasi hot money’,” terang Difi. Ia mengaku, lewat penyediaan SBI 9 bulan yang berjangka panjang secara efektif akan menyediakan SBI yang bisa diperdagangkan selama 8 bulan ke depan.

“Kenapa 8 bulan? Karena 9 bulan dikurangi 1 bulan one month holding period. Selanjutnya ketika investor tersebut membeli SBI yg ’8 bulan’ tersebut dia harus menunggu satu bulan untuk menjualnya kembali. Pada waktu dia jual kembali SBI-nya, maka SBI tersebut berumur ’7 bulan’ di pasar sekunder yakni 8 bulan dikurangi one month holding period. Demikian seterusnya sampai SBI tersebut jatuh waktu,” tuturnya.
Dengan demikian, di pasar sekunder ke depan tetap akan ada SBI yang jatuh waktunya bisa tinggal 1 bulan sampai 8 bulan.

De facto, akan ada SBI yang berjangka pendek di pasar sekunder yang bisa diambil oleh investor. Adanya likuiditas SBI dengan tenor yang berbeda beda ini merupakan outlet ataupun kanal bagi dana portfolio, bersama-sama SUN dan saham. Selama antar ketiganya bergerak dinamis sesuai equilibrium-nya maka tekanan ke rupiah melalui outflow akan minimal,” pungkas Difi.

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.