Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan cadangan devisa (cadev)
sebesar USD7,1 miliar dalam sebulan, dari USD105,2 miliar per akhir Mei
2013, menjadi USD98,1 miliar per Juni 2013.
Gubernur BI Agus D.W.
Martowardojo mengatakan penurunan cadangan devisa ini disebabkan karena
besarnya arus modal keluar dari Tanah Air, yang mencapai Rp40,1 triliun
atau sebesar USD4,1 miliar, yang terdiri dari USD2 miliar di saham dan
USD1,98 miliar di pasar SUN (surat utang negara).
“Semua tahu bahwa cadangan devisa ini terkait inflow dan outflow. Tapi hingga akhir Juni 2013 ini ada outflow
sekitar USD4,1 miliar. Sehingga cadangan devisanya menurun menjadi
USD98,1 miliar,” tukasnya dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2013.
Keluarnya dana-dana investor asing dari Tanah
Air ini mau tak mau menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah, yang
menurut Agus terus berlangsung sejalan dengan pelemahan mata uang di
kawasan. BI mencatat, depresiasi rupiah mencapai 3,01% di tahun berjalan
(year to date).
“Meski demikian depresiasi ini relatif
lebih rendah dibandingkan negara-negara di kawasan, seperti Filipina
sebesar 4,94%, Singapura 3,97% dan Malaysia 3,13%,” sambung Agus.
Sebagaimana
dimuat dalam situs BI, nilai tukar (kurs) tengah rupiah pada
perdagangan hari ini tercatat sebesar Rp9.945 per USD. Menurun dibanding
kurs tengah perdagangan Senin (1 Juli) sebesar Rp9.934 per USD.
Agus
mengatakan, nilai cadangan devisa sebesar USD98,1 miliar tersebut masih
cukup untuk memenuhi pembayaran 5,4 bulan impor dan utang pembayaran
luar negeri. Jika utang pembayaran luar negeri tidak dimasukkan, maka
bisa memenuhi 5,5 bulan impor.
“Nilai cadangan devisa tersebut masih cukup untuk menjaga nilai tukar rupiah,” pungkas Agus. (infobank)
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.