16 Desember 2008
MY UNCLE
Simandolak, Kecamatan Benai, Kuantan Singingi, 15 Agustus 1962 silam, seorang bayi lelaki bernama Aras Mulyadi terlahir, tumbuh dan berkembang dibawah bimbingan orang tuanya. Berlecah disawah, malope ponek mandi di Batang Kuantan, kabalo Jawi di padang rumput, serta memasarkannya kepasar tradisional, ini semua menjadi keseharian Aras kecil. Hal inilah yang meumbuhkan motivasi anak sulung dari lima bersaudara ini dibidang pertanian dan perikanan.
Bercerita tentang sekolah, sejak duduk dibangku SD N 1 Simandolak, Kecamatan Benai, Kabupaten Kuantan Singingi hingga SMP Negeri IV Koto Benai, juga di Kec. Benai, Kab. Kuansing ia dikenal sebagai jago kelas. Ini tidak terlepas dari prestasi Aras ketika masih tinggal dikampung. Kemudian dengan dorongan keluarga terutama pamannya untuk melanjutkan pendidikan sekolah di Pekanbaru, Aras melanjutkan pendidikannya di SMA N 1 Pekanbaru.
Memasuki perguruan tinggi Aras memilih Jurusan Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan (Faperika) Universitas Riau (Unri), Aras meraih gelar Ir pada tahun 1986 dengan Judul Skripsi “Pengaruh Posfat dan Nitrat Terhadap Pertumbuhan Klekap.”
Memilih fakultas perikanan merupukan, kata Aras, dorongan keinginan masa kecil. “Sewaktu kecil saya sangat suka ikut ayah pergi menangkap ikan, ingin tahu banyak tentang ikan yang mendorong saya mamasuki Fakultas Perikanan,” ungkap putra dari Arifin Jais ini sewaktu mnyanpaikann kata sambutan saat wisudanya dan ia dinobatkan sebagai pemuncak.
Setelah gelar keserjanaan diraih, bapak tiga manak ini pun mulai merambah dunia pekerjaan. Dorongan menjadi guru membuat mantan Ketua Pengurus Pelajar Indonesia, Montpelier, Francis 1993-1994 ini melamar sebagai dosen Unri. Tahun 1989 impian Aras tercapai. Tidak hanya menjadi PNS, ia bahkan terpilih sebagai salah satu yang berkesempatan mengikuti pasca sarjana ke Francis. “Sungguh di luar logika rasanya, seorang anak desa nun jauh di pelosok sana, di berikan rahma oleh Allah SWT mengeyam pendidikan hinfgga ke Eropa,” syukur Aras terhadap apa yang ia raih.
Sadar akan kekurangan berbahasa Prancis. Ia pun menjalani kursus bahasa Prancis selama enam bulan di Jakarta, “Saya sangat membutuhkannya, karena di sana kuliah memakai bahasa Prancis, saya harus bias menguasainya,” tekad Aras ketika itu. Menguasai bahasa Prancis adalah modal awal untuk melanjutkan pendidikan di Prancis, setibanya di Prancis dosen teladan Faperika Unri ini kembali mendalami bahasa Prancis selama enam bulan pula.
Tahun 1990 Aras pun menapakkan kaki du Universitas Marseilles II Prancis, dengan bidang ilmu biologi oseanografi. Pendidikan ini ia selesaikan tahun 1991. Tahun 1992, Aras kembali menimba ilmu di Universitas yang sama. Kali ini untuk mendapatkan gelar doctor. Bidang ilmu yang didalaminya adalah evolusi dan ekologi. Akhir tahun 1995 gelar doctor secara resmi ia dapatkan. Kembali ke almamater, Aras pun mengabdikan diri di Faperika hingga 16 tahun.
Waktu terus berjalan. Tepatnya tanggal 17 Mei 2004, setelah kembali ke tanah air Aras dipercaya Gubernur Riau, H. M. Rusli Zainal, SE mengemban amanah sebagai wakil kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau. Meski sedikit canggung berprofesi sebagai seorang birokrat, Aras memaluinya penuh tanggung jawab, “Ini semua adalah rahmat Allah yang sangat-sanngat saya syukuri, awalnya memang agak grogi, maklukmsaya lebih banyak bergiat dibidang akademis, eh… tahu..tau jadi birokrat,” cerita Aras yang juga mendapat prediket peneliti terbaik Unri thun 1997, 1999 dan 2000 ini.
Menjadi guru cita-cita yang telah yang telah tertanam sejak masih kecil, akhirnya tercapai, menurut Aras Mulyadi yang sekarang menjabat Pembantu Rektor bagian Akademis (PR I) Unri ini, pendidikan menjadi tonggak pembangunan. Oleh karena itu pengembangan pendidikan daerah kiranya dapat menjawab pembangunan daerah. Tentu saja dengan system yang baik dan rapat. Begitu pula denga putra putri daerah dalam pencarian bibit unggul daerah sebagai penerus pembangunan dimasa depan. “Dipelosok pelosok banyak individu yang mampu tapi belum memliki peluang dan kesempatan untuk menimba ilmu karena keterbatasan ekonomi dan akses, untuk itu jangan pernah penyerah,” peasan Aras.
Sabtu, 31 Mei 2008 lalu ia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ekologi dan Pemanfaatan Alga, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) Univeritas Riau (Unri). Lengkaplah namanya menjadi Prof. Dr. Ir. Aras Mulyadi, DEA.
www.benaigeneration.com/2008/10/dari-simandolak-ke-francis.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
salam akrab... dari urang sakampuang.... senang rasanya... aq membuat tulisan tentang ur uncle... dan tulisan aq terpampang disini... terimakasih Nco.. dan sangat bijak apa bila.. di cantumkan dari mano sumber tulisan iko.. key..
ASlkm..wr wb..
perasaan ga da liat... link nya...
oomnya abang sang profesor
Posting Komentar
Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.