15 September 2010

Mengamati Singapura 2009

Kemuraman tidak hanya ada dalam beritaberita pemerintah bahwa Singapura secara teknis terjerumus dalam resesi, pertama sejak 2002, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya mencapai 3%.

Namun, kemuraman itu lebih tampak dalam berbagai analisa yang diungkapkan para ekonom bahwa tahun depan bisa lebih buruk. Ekonom Citigroup Kit Wei Zheng memperkirakan pertumbuhan ekonomi Singapura pada 2009 akan lebih lambat atau bahkan negatif.

Pengalaman resesi skala penuh terakhir Singapura dialami pada 2001, saat pertumbuhan ekonomi hanya 2,4% pada tahun itu. ”Berbagai indikator utama meyakinkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) akan tetap negatif pada semester pertama 2009 atau kemungkinan juga pada semester kedua,”ujar Kit.

Faktanya, sejumlah ekonom merasa krisis keuangan global saat ini bisa lebih parah dibandingkan krisis keuangan Asia pada 1997, krisis pascaserangan 11 September di New York,dan krisis akibat SARS pada beberapa tahun terakhir.

Bahkan, bisa lebih parah dibandingkan resesi yang dipicu runtuhnya Pan Electric pada 1985 dan guncangan minyak pada 1973. Lalu, seberapa cepat Singapura yang menjadi negara Asia pertama terjerumus dalam resesi,dapat pulih dari keterpurukannya.

Sementara pada saat bersamaan, pemerintah dan bank-bank sentral Barat berupaya memulihkan krisis kredit perumahan dalam beberapa bulan ke depan. ”Dalam skenario terburuk, ini akan jauh lebih buruk dibandingkan krisis apa pun yang pernah kita lihat sebelumnya karena kita membicarakan tentang hilangnya pekerjaan yang bisa terjadi di semua industri,” papar ekonom regional CIMB-GK Song Seng Wun.

Sementara saat pemerintah Singapura diperkirakan akan menstimulasi ekonomi, upaya pemerintah itu menghadapi tantangan dari sektor konstruksi. ”Sektor konstruksi memiliki kapasitas yang relatif terbatas untuk diperluas dalam waktu singkat,” ungkap profesor ekonomi Davin Chor dari Singapore Management University.

Namun, Song berargumen bahwa masalah di sektor konstruksi itu dapat membuat biaya pembangunan “merosot cepat” pada kuartal pertama tahun depan. ”Proyek-proyek yang tertunda dapat dimulai kembali, ”ungkap Song.

Kemudian, saat harapan besar muncul terkait resort terintegrasi Marina Bay Sands yang hendak dibuka tahun depan, pakar khawatir tentang dampak krisis global, khususnya saat Las Vegas Sands, yang memiliki lisensi untuk membangun IR,mengalami penurunan pendapatan di pasar utama Amerika Serikat dan Makau.

Ekonom Forecast Vishnu Varathan menjelaskan,”Dari sudut pandang pengelola, mereka mungkin menghadapi kesulitan keuangan mereka sendiri dan pelambatan ekonomi berarti lebih sedikit pengunjung, lebih sedikit kekuatan pengeluaran.” Saat dihubungi, General Manager Marina Bay Sands George Tanasijevich menjelaskan,

”Kelompok kami tetap memiliki komitmen 100% di Singapura dan membangun Singapura mencapai target pariwisatanya.” Berdasarkan perkiraan pemerintah, ekonomi Singapura menyusut 6,3% pada kuartal ketiga setelah turun 5,7% pada kuartal sebelumnya.

Kondisi ini mendorong Republik itu ke dalam resesi teknis, sebagai konsekuensi penurunan pada dua kuartal tersebut. Otoritas Moneter Singapura (MAS) menjelaskan, prospek pemulihan pada semester kedua tahun depan akan sangat tergantung pada kondisi ekonomi regional, termasuk situasi di AS, Jerman, dan Jepang.

Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong menegaskan, Singapura memiliki kemampuan menghadapi ”badai keuangan”, apalagi Singapura memiliki momentum dari proyek semacam Singapore Grand Prix saat ini. ”Sistem keuangan kita kuat dan ekonomi kita tetap kompetitif,”ujarnya.

”Selama beberapa tahun terakhir, saat kondisi bagus, kita akan memiliki sejumlah kondisi yang bagus.Kita telah melakukan perbaikan dan diversifikasi ekonomi.Ini berarti akan ada lapangan pekerjaan baru dan lebih baik walaupun ada juga beberapa yang hilang,”ujar Lee.

Varathan memperkirakan ekonomi tumbuh 3% pada tahun depan, sesuai perkiraan pemerintah tahun ini. Sementara ekonom UOB Ho Woei Chen menyatakan, situasi terburuk belum terjadi.” Perbankan merupakan salah satu sektor yang terkena krisis.Kita akan melihat krisis itu mempengaruhi sektor riil ekonomi, ”paparnya.

”Sektor manufaktur akan terus bergerak, dengan industri ritel dan jasa yang terkena pengaruhnya. Namun, Singapura dengan perbankan yang didominasi bank-bank asing tampaknya tidak akan terlalu parah terkena dampaknya dibandingkan Hong Kong yang menjadi pusat perbankan investasi,”ungkap Ho.

Varathan memprediksi industri energi, makanan, dan air, akan terlindung dari krisis ekonomi. Pendapat Varathan ini didukung Ho. ”Masih ada banyak likuiditas dalam sistem itu. Jika Anda pergi ke restoran,Anda dapat melihat banyak orang tetap berbelanja,”tutur Ho.(*)

Oleh: Loh Chee Kong
cheekong@mediacorp.com.sg

3 komentar:

IMAM MEQELS mengatakan...

Kita sebagai masyarakat awam selalu berharap agar semua ini cepat berlalu,agar semua negara di dunia bisa bangkit unutk membangun,semua bekerja sama mencari solusi yang tepat serta keyakinan semua pasti segera berlalu,kita sangat berharap ,salam

IMAM MEQELS mengatakan...

Bukan hanya singapura saja,semua negara di dunia ini sedang mengalami krisis,wajar saja kan negara semaju apapun pasti akan terkena dan merasakan juga,karna ini sudah menjadi satu masalah yang universal,salam

Unknown mengatakan...

buset...pinter bener ulasannya.

Posting Komentar

Berikan Komentar terbaik anda, lebih dari satu komen no problem,sekarang zamannya bebas berekspresi.